Kota Beriman dalam Ingatan dan Harapan

      Aku kelahiran Samarinda. Tapi hanya sampai 4 atau 5 tahun besar disana. Selanjutnya usia TK pindah ke Berau karena Bapak pindah tugas kesana. Hanya 4 atau 5 tahun juga. Setelah itu dipindahkan ke Samarinda lagi sampai kelas 1 SMP. Lalu pindah lagi ke Balikpapan sampai lulus SMA. Kebayang ya sekolah berpindah-pindah tapi masih disitu-situ aja, masih di Kalimantan Timur juga. 

       Gak seru ah! Ingin deh keluar pulau Kalimantan. Disini tuh gak terlalu asik untuk liburan. Tempat wisata terbatas kalaupun ada kurang lengkap dan kurang terawat. Moda transportasi juga tidak ada yang istimewa. Kalau mau dibandingkan dengan di Jawa yang hiburan, wahana, liburan, transportasi lebih seru, bergam dan terjangkau. Itu dari sudut pandang aku dulu sebagai penduduk lokal yang minim petualangan. Efek lihat TV juga kayaknya ya, sering diberitakan kondisi Jawa kan ya apalagi Jakarta. Padatnya jalan menuju puncak –bukan theme song acara audisi salah satu tv swasta- dan kemacetan di tol saat lebaran adalah headline yang cuma bisa kami lihat di acara berita televisi tanpa pernah tahu bagaimana rasanya.

       Beruntung aku nekat merantau ke Jawa setelah lulus SMA. Alasan ingin keluar selain untuk mendapat pengalaman baru, juga karena ada kebosanan di rumah. Aku kurang menonjol dalam bakat dan prestasi bila dibandingkan saudara yang lain. Syarat dari Ibu dan Bapak kalau mau kuliah harus masuk di kampus negeri. Kampus swasta terlalu berat untuk kondisi ekonomi keluarga saat itu, persiapan untuk 4 anak. Lulus SMA aku langsung ikut mbakku yang kuliah di Semarang. Belum punya tujuan mau ikut ujian dimana dan ambil apa. Betul-betul tidak jelas. Sampai tanpa sengaja mbak browsing ketemu USM FSRD di website ITB. Oya, membuka internet di tahun 2006 itu umumnya berarti pergi ke warnet. Tidak semudah sekarang bisa akses dari HP. Waktu itu aku sedang ikut bimbel tapi karena mau ikut USM ITB langsung berhenti dong lesnya. Minta izin orang tua untuk mencoba dan minta ditemani mbak berangkat ke Bandung. Asik naik kereta api! Kalau aku gak merantau gini, mana tahu rasanya naik kereta api. 

        Kalau dipikir-pikir saat itu ya, pede amat ini anak gak tahu apa-apa mau mencoba ke kampus beken yang pasti bersaing ketat. Berhasil? Gagal! Gimana mau berhasil, persiapan nyaris gak ada selain semangat dan nekat. Gak mau menyerah dong, coba lagi tahun depan. Hanya sekali lagi ini aja, kalau gagal lagi ya pasrah aku akan balik pulang dan ikut apa kata orang tua. Kali ini belajar gambar private sama teteh senior FSRD. Alhamdulillah yaaa beneran si teteh jadi senior. Aku lulus jadi mahasiswa Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB! Lika-liku studi sebagai mahasiswa ITB Strata 1 dijalani pas 4 tahun dengan IPK pas-pasan. Lalu aneka rupa aktivitas masih dilakukan di Bandung sampai akhir tahun 2020, saat pandemi, aku kembali ke kota halaman yaitu Balikpapan.

Jalan Raya Komplek Balikpapan Baru


       Kalau ditanya daerah asal, singkat akan aku jawab Balikpapan. Walau bukan lahir disini dan tidak juga lama tinggal di kota ini. Hanya 5 tahunan. Malah lebih lama di Bandung, 13 tahun wow! 

        Kota yang sedang naik daun karena digadang-gadang sebagai gerbang Ibu Kota baru. Aku salah satu yang tidak begitu tertarik karena sadar ibu kota bisa berarti ramai, padat, macet yang lebih dekat dengan sebutan banyak polusi. Meski dampak positif pada potensi ekonomi. Ya semoga juga diimbangi dengan perhatian pada stabilitas sosial dan juga lingkungan. Pembangunan jalan tol seperti gak heran meminta pembebasan lahan dari masyarakat namun dihargai jauh dari harga pasar. Seperti yang terjadi pada pembangunan Jalan Tol Balikpapan - IKN yang meliputi beberapa wilayah diantaranya, Karang Joang – KALTIM Kariangau Terminal Kariangau – Simpang Tempadung – Jembatan Pulau Balang. Protes dari warga ada, namun akhirnya pasrah dengan harga yang ditetapkan demi pembangunan IKN. Menurut Ketua RT.11 Kelurahan Karang Joang harga untuk Ring-1 dihargai termahal 1,5 juta per meter hingga termurah 400 ribu rupiah per meter dari yang seharusnya 5 juta rupiah per meter. Harga rumah dan tanah disini jadi melambung. Lahan baru banyak dibuka untuk menjual perumahan atau tanah kavlingan. 

        Kalau ke Balikpapan dan cuaca cerah akan disuguhkan pemandangan langit yang biru jernih. Awannya juga kelihatan putih bersih. Indah banget. Rela deh kepala pegel karena kelamaan mendongak ke langit. Seorang teman alumni SITH ITB juga mengakui indahnya biru langit di Balikpapan, namun dia juga khawatir kalau si biru ini akan sirna bila terjadi penebangan besar-besaran di Kalimantan Timur khususnya.

    Belasan tahun lalu perjalanan antar kota rute Balikpapan - Samarinda masih terasa banyak hutan di pinggir jalannya. Kalau kesana sekarang pemandangan hutan tidak lagi dominan, sudah berganti jadi perkebunan sawit atau lahan gundul yang entah akan dibangun apa. Salah satu kawasan hutan yang masih bisa dilihat kalau melintasi jalan ini berada di kawasan hutan penelitian dan pendidikan Universitas Mulawarman.


Minimarket dan Kendaraan non-KT
        Kota ini tidak punya banyak mall, tapi ada banyak sekali minimarket skala kecil, menengah dan beberapa toko besar. Dulu toko-toko ini biasanya punya warga atau pengusaha lokal dan tidak terlalu banyak. Indomaret bisa dihitung jari dan adanya Alfamidi bukan Alfamart, yang juga langka. Tapi sekarang kok banyak sekali. Ternyata oh ternyata efek dari perubahan peraturan walikota tentang pengaturan izin minimarket yang sebelumnya (Perwali Nomor 34 Tahun 2013 Pasal 5) jarak antar minimarket dibatasi 2 km namun dalam Perda yang baru, hanya sekitar 100 meter saja. Pantesan jamuran ya eh menjamur maksudnya. Pemerintah sedang kerepotan karena banyak minimarket belum berizin tapi sudah beroperasi. Pedagang yang tadinya tertib sekarang udah mulai banyak yang liar. Apalagi pendatang makin banyak. Jalanan semakin padat dan mulai semerawut. Dulu saya bangga disini warganya tertib lalu lintas, sering ada razia kelengkapan kendaraan. Dampak positif dari pemeriksaan ini warga jadi terpaksa tertib. Saat ada traffic light kendaraan harus berhenti dibelakang garis zebra cross, pengendara mobil harus pasang seatbelt, helm motor harus SNI dan dikunci talinya, kaca spion motor harus lengkap kanan-kiri. Pernah sampai seperti itu kalau tidak siap-siap dicegat petugas. Kendaraan juga jauh lebih ramai beraneka huruf plat kendaraan dari berbagai daerah di Indonesia. Kalau dulu masih didominasi plat KT. Sudah ada titik-titik yang rutin macet pada pagi dan sore hari. “Lagi training jadi ibu kota, nih.” kelakar salah satu warga Balikpapan. Buang sampah juga diatur waktunya. Hanya boleh dilakukan saat matahari terbenam hingga fajar tiba, hampir mirip orang buka puasa. Kalau tertangkap buang sampah ke TPS diluar waktu itu bisa kena denda. 

Gerobak Penjual Cincau Hijau di Balikpapan
        Belasan tahun di Bandung lalu memutuskan pindah kota. Yang terbayang aku akan kangen dengan jajanan atau menu makanan khas Bandung. Bagaimana bila ku rindu? Eh pas nyampe Balikpapan ternyata Bubur Ayam Bandung sudah ada dimana-mana. Bahkan salah satu yang terkenal kata temenku, sudah ada 5 tahunan lalu. Roti bakar khas Bandung jadi pilihan kudapan manis malam-malam seperti terang bulan. Ubi madu Cilembu yang matang dan mentah ada. Sempat ada yang jual peyeum juga, tapi tidak bertahan lama. Ayam goreng Bandung. Cakwe dan odading, disini disebutnya roti goreng. Odading sunda pisan ya. Es cincau hijau, harus ada "hijau"-nya karena cincau sini default-nya warna hitam. Eh kok malah membahas Bandung ya, belum bisa move on nih.

Roti Bakar Bandung di Balikpapan 

        Balikpapan baru saja akhir februari 2023 lalu meraih Adipura Kencana. Ini penghargaan kelima sejak tahun 2017 atas prestasi kebersihan dan pengelolaan sampahnya. Balikpapan memiliki tempat pengelolaan sampah terbaik di Asia Tenggara. Semoga tidak membuat jumawa siapa saja dan lalu menurun prestasinya. Meski terkenal tapi kota ini tidak punya satu ciri kota besar yaitu landmark. Jadi kalau datang ke Balikpapan berfotolah dimana saja.

Field Trip TK ke TPA Manggar, Balikpapan

        Tulisan ini diikutsertakan dalam tantangan bulan juli 2023 dari Mamah Gajah Ngeblog tentang "Daerah Asal".


Sumber Informasi:

Website Media Kaltim diakses bulan Juli 2023: https://mediakaltim.com/warga-terdampak-tol-ikn-nusantara-pasrah-dengan-harga-ganti-rugi/

Website Pro Balikpapan diakses bulan Juli 2023: https://balikpapan.prokal.co/read/news/251118-balikpapan-kembali-raih-adipura-kencana.html

Website Warta Ekonomi diakses bulan Juli 2023: https://wartaekonomi.co.id/read146457/makin-menjamur-dprd-balikpapan-pantau-izin-minimarket

16 comments:

  1. Senang bacanya nih Teh ... jadi ingat tahun 2002 -dua puluh tahun lebih yang lalu aku jenguk adik yang dinas di Balikpapan. Sebelumnya ada nikahan adik di Martapura... sempat inap di Banjarmasin.
    Dari Balikpapan diajak main ke Samarinda. Ada bangunan yang dapat reward Aga Khan di tepi sungai.

    Kini aku pingin tahu titik nol IKN, semoga bisa ke sana ...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah 20 tahunan lalu itu Balikpapan masih sepi banget. Masih Kawasan pusat Kotanya aja yang rame.
      Aamiin teh moga bisa main ke Balikpapan lagi. Kali kita bisa meet up hehe

      Delete
  2. Menarik itu, bahwa ada aturan buang sampah hanya boleh di jam tertentu. Nggak heran dapat penghargaan Adipura ya. Semoga kebiasaan baiknya lanjut dibawa ke IKN. Sekarang sedang training jadi ibukota kan? ;)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya teh.. tp sayang ada 3 tahunan terakhir agak kecolongan penegakan disiplin terkait sampah jadi kendor dan warga gak tertib lagi buang sampah nya. Makanya ini jadi kayak peraturan lama yg diangkat lagi. Pelaksanaan denda dll entah deh beneran apa engga

      Delete
  3. Wow...Balikpapan. Jadi ingat Bapakku. Setelah pensiun dari dinas, lanjut kerja di Union Oil (sekarang Chevron), di Pasir Ridge. Tapi Bapak sendirian, ga bawa keluarga. Aku pun udah kuliah dan baru sekali ke Balikpapan. Dulu baru ada 1 hotel...hehe...Sekarang pasti udah rame banget yah...Semoga sih tetap tertib dan bersih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah hotel apa dulu teh? Penasaran apa skrg masih ada engga ya?
      Kmrn waktu kaltim jd tuan rumah PON pembangunan hotel dan penginapan banyak bgt. Skrg ya hotel2 itu seleksi alam. Ditambah kmrn pandemi pasti terpukul juga sektor ini

      Delete
  4. Tulisan Sistha ini mengingatkan kalau pernah mampir ke Balikpapan dan Berau saat kerja sebagai arsitek dulu. Kebetulan harus mengurus tender ke sana. Suka deh kotanya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah wah ngerjain proyek apa di Bpn teh.. udah jadi dong bangunannya ya skrg?? Pengen liat deh karyanya teh Shanty 🤩

      Delete
  5. Wah, saya belum pernah ke Kalimantan. Konon kabarya panas sekali cuaca di sana.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bukan kabar itu. Beneran. Istilahnya baru aja mandi udah keringatan lagi

      Delete
  6. Sebagai yg keluar Jawa-nya baru ke Madura dan Bali, jadi makin pengin ke Balikpapan baca tulisan teh Sistha ini. Keren itu, soal sampahnya. Semoga bisa selalu dipertahankan, bahkan ditiru kota2 lain ya 👍

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalo beneran IKN pindah ke provinsi ini, bakal rame penerbangan ke Balikpapan. Moga teh Alfi salah satunya ☺️

      Delete
  7. Teh Sistha, saya salah sangka, saya kira Teteh tuh hanya sekedar 'PERNAH' tinggal di Balikpapan, ternyata sudah sejak kecil di sini ya, bahkan sekarang pun tinggal di sini.
    Rumahnya area mana Teh Sistha? Aaa baca ini, jadi rindu Balikpapan. Betul sekali Teh, Balikpapan less stress, ramai tapi gak macet, dan kuliner dari seluruh Nusantara hampir ada. Bahkan nasi pecel tumpang Kediri juga ada yang jualan di sini lho Teh ehehehe.

    Aaaa ada foto area Balikpapan Baru juga, heuheu. Dulu juga sering beli soto Banjar di ruko itu Teh. Sedheepp enak ehehe.

    Semoga para warga yang kecewa dengan tanah yang dibeli dengan harga tidak sesuai harapan oleh pemerintah, diganti oleh Gusti Allah. Berkah selalu. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe.. iya teh ikut MGN jadi menguak sisi kehidupan pribadi saya. Saya baru tinggal di Balikpapan pas SMP krn bapak pindah tugas kesini sampai beliau pensiun untung ga pindah2 lagi. Jadi hometown saya disini deh. Pdhl lahirnya bukan.

      Teteh udah pindah yaa.. kapan atuh main kesini lagi

      Delete
  8. tehh jangan-jangan dulu kita pernah selisipan yaa di bpn haha.. rumah di bpn dimana teeh? jangan bilang di wika yah xD

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya kali ya teh.. Balikpapan kan kecil ini.
      Saya tau wika teh. Baru kemarin2 numpang berenang di kolam sport area nya.

      Delete