Bagaimana Cara Hitung Harga Susu Anak?

Jadi ceritanya aku punya anak dengan BBLR yaitu hanya 2,1 kg. Sebagai ibu baru, aku menganut gaya pengasuhan santai. Salahnya karena terlalu santai aku tidak memperhatikan BB anak di KMS. 

Singkat cerita anakku sebentar lagi SD dan badannya mungil. Terlepas dari genetika emaknya sebagai pembenaran, jelasnya 1000 HPK nya tidak optimal. Terakhir kali memberanikan ke dokter anak disarankan minum susu tinggi kalori setidaknya mencoba membuat keadaan tidak terlalu buruk.

Sejak itu saya mencari dan mencoba beberapa merek susu. Ada yang dipilih karena kualitasnya dan ada yang karena penyesuaian kas negara. Berganti-ganti.

Bila keuangan lagi pas-pasan maka harus bijak memilih merek susu. Jangan memaksakan membeli susu nomor 1 tapi malah jadi kurang makan hehe. 

Makanya perlu kita tahu harga sesungguhnya yang perlu kita keluarkan untuk susu anak dalam sebulan. Mari hitung bersama! Tentukan kategorinya yaitu susu formula bentuk bubuk untuk anak rentang usia 3-8 tahun. Kenapa variabel usia ini penting? Karena harga susu untuk usia tertentu sangat berbeda seperti susu khusus bayi prematur harganya lebih mahal daripada susu untuk keluarga.

Oke lanjut ya, kita ambil sampel beberapa merek susu dengan berat gram yang sama atau mendekati. Sepintas kita bisa lihat bagaimana perbedaan harganya ya, mana yang paling mahal dan yang lebih irit. Tapi ternyata tidak sesederhana itu.

Aku menyadari cara hitung ini setelah habis beberapa kaleng tapi hasil kurang tampak di anak. Ternyata yang kulakukan selama tidak tidak tepat. Bukan salah tetapi pantas saja kurang berhasil karena tidak mengikuti dosis yang dianjurkan. Harusnya takarannya 4 sendok aku hanya berikan setengahnya. Rugi uang dan rugi waktu begitulah rasanya. Rugi uang karena harga susunya kini semakin menanjak saja. Rugi waktu karena berlomba-lomba dengan masa pertumbuhan anak yang tak mungkin kembali. Tapi kalau tidak mengambil pelajaran itu kerugian paling besar.

Setelah menyadari kesalahan, aku membuatkan susu anak sesuai dosis yang tertera di kemasan produk. Ketika mengikuti instruksi, kok susunya jadi cepat habis. Pengeluaran bulanan untuk susu meningkat signifikan. Disinilah aku paham cara sesungguhnya menghitung pengeluaran susu anak dalam sebulan yang aku jadikan tantangan Mamah Gajah Ngeblog  bulan Maret tentang "Life Hack yang Mempermudah Hidup". Mempermudah hidup bagian menghitung rencana anggaran untuk susu anak dalam sebulan.


Bagaimana caraku menghitung pengeluaran untuk susu dalam sebulan? Aku contohkan 2 merek untuk mendapat pembanding. Kedua susu ini ada sendok takar sendiri di setiap kemasannya.
Susu pertama Nutrinidrink dari Nutricia. Berat 400 gram, harga 205.000. Dosisnya 150 ml air dan 10 sendok takar susu (61 gram). Ini kentaaal.
Susu kedua S-26 Promise 4 dari Wyeth Nutrition. Berat 400 gram, harga 85.000. Dosisnya 210 ml air dan 4 sendok takar (35.52 gram). Jumlah pemberian sama 2 gelas perhari.


Dengan takaran seperti itu maka berat isi dibagi dosis takarnya. Nutrinidrink sekaleng 400 dibagi 61 gram sekitar 6.5 gelas. Jika sehari 2 x minum maka 1 kaleng akan habis dalam 3.5 hari. Seminggu 2 kaleng. Sebulan 8 kaleng x 205.000. Maka budget yang dibutuhkan adalah Rp 1.640.000/ bulan.

Untuk S-26 sekotak 400 gram dibagi 35.52 gram sekitar 11 gelas. Sehari 2 x minum maka 1 kotak akan habis dalam 5.5 hari. Sebulan mungkin sekitar 5 kotak x 85.000. Maka budget yang dibutuhkan adalah Rp 425.000/ bulan.

Terasa sekali yaa perbedaannya. Masih ada 6 merek lagi yang bisa dihitung. Apa perlu dilanjutkan hitung barengnya? Haha 😂 



Buku yang Berpengaruh Padaku Setelah 10 Tahun Berlalu

    Bingung sih ya kalau diminta menentukan satu judul buku yang berpengaruh dalam hidup kita. Bukan, bukan karena terlalu banyak buku yang dibaca tapi lebih ke memilih buku mana yang memberi efek, terngiang-ngiang di kepala sampai ikut mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari. Kalau sudah nemu bukunya lalu mikir lagi bagaimana mau menceritakannya.

    Tadinya ingin untuk ikut serta dalam tantangan Mamah Gajah Ngeblog bulan Februari 2023 ini tentang “Buku yang Mempengaruhi Hidup”, namun karena tidak kunjung selesai sampai batas waktu (biasa, panggilan bocil-bocil menjadi prioritas) maka menjadilah postingan biasa.

    Buku ini berjudul "Hidup Hijau Hirau: Langkah Menuju Hidup Ramah Lingkungan" dengan cover karakter kartun komik strip Benny dan Mice-nya. Ditulis oleh Ahmad Arif, Indira Permanasari dan Rudy Badil. Cetakan kedua februari 2010 oleh PT. Gramedia. Buku ini terdiri dari 7 bab, yaitu : transportasi, listrik, air, bangunan hijau, produk, sampah dan penghijauan. Secara keseluruhan isi buku berpengaruh tapi disini aku tidak akan me-review semua isi buku ya melainkan hanya tiga bab diantaranya.


Bab Bangunan Hijau

    
    Dalam pembuatan bangunan ternyata menyumbang emisi CO2 karena proses pembangunannya, penyediaan bahan hingga kebutuhan listrik saat pelaksanaan pembangunan. Namun tidak juga lalu kita tidak punya rumah dong. Setidaknya kita bisa berusaha menekan jejak karbon yang dihasilkan saat menempati rumah kita.
Memilih rumah atau tanah di kawasan infrastuktur kota, bukan di daerah lahan yang baru dibuka biasanya di pinggiran kota. Dari segi harga tentu lebih murah namun ada harga mahal yang harus dibayar terkait lingkungan. Belum lagi kawasan baru biasanya masih jauh dari akses publik dan membutuhkan jarak tempuh cukup jauh.

    Syarat bangunan hijau lainnya adalah desain tapak yang sedapat mungkin tidak tertutup bangunan. Bisa artinya menyediakan lahan khusus di rumah untuk ditanami dan tidak menutup halaman dengan perkerasan solid seperti plester atau keramik. Sebagai alternatif bisa gunakan kerikil atau paving berpori sehingga ada akses air kembali ke tanah

    Prinsip bangunan hijau sebisa mungkin menggunakan energi ramah lingkungan. Perancangan bangunan memperhatikan sirkulasi cahaya matahari dan angin sehingga tidak perlu menyalakan lampu di siang hari dan tidak harus menggunakan AC atau kipas angin sepanjang hari. Karena rumah cukup cahaya dan sirkulasi udara berganti dengan baik.

    Selanjutnya memanfaatkan air hujan dengan menampungnya dan memanfaatkannya kembali untuk mencuci kendaraan misalnya, menyiram tanaman, atau mencuci kain lap. Pemanfaatan air hujan ini dapat menghemat biaya dan mengurangi eksploitasi air. Masih banyak sekali komponen yang dipertimbangkan untuk bangunan hijau termasuk sampai kontruksi agar tidak merusak lingkungan, pemilihan material bangunan yang lebih ramah, dan mengutamakan sumber daya lokal.


Bab Produk

  Industrialisasi dan perkembangan teknologi menghasilkan beragam produk yang memudahkan aktivitas. Berbagai produk secara melimpah dibuat untuk memenuhi aneka kebutuhan manusia. Hal ini turut mengubah pola konsumsi kita. Sebagian produksi massal mengincar harga produksi yang murah dan tidak memperhatikan dampak lingkungan demi keuntungan. Salah satu penyumbang besar pada pemanasan global. Hal ini kemudian mendapat reaksi dari lembaga peduli lingkungan dengan kampanye gaya hidup hijau agar memilih produk yang lebih ramah lingkungan. 

Gambar: Jitet Koestana/ Joker Syndicate

    Sebagai individu alangkah baiknya kalau kita bisa bersikap bijak. Memilih produk dengan bahan berkualitas dengan harga pantas daripada memilih yang murahan tapi cepat rusak. Berhemat tidak juga, menghasilkan sampah udah pasti. Mempertimbangkan membeli produk seken atau menyewa pada barang-barang yang dipakainya tidak lama. Biasanya pada perlengkapan bayi seperti booster seat dan stroler, atau pada peralatan yang dipakai sebentar seperti alat kemping.

    Memperpanjang umur pakai produk juga dapat menjadi pilihan, pada produk fashion misalnya. Tidak terburu-buru membuang pakaian yang sudah robek. Bila masih bisa diperbaiki manfaatkan jasa permak. Untuk pakaian lama yang sudah usang dan tidak layak disumbangkan, mari alih fungsikan menjadi kain lap. Sedikit kreatif (baca: mau repot hehe) dapat dipotong-potong sedemikian rupa sehingga bisa menjadi isian bantal.

    Ketika berbelanja terapkan mindset minim sampah, maka memilih barang dengan kemasan yang sedapat mungkin memenuhi kriteria 4R. Pilih produk kemasan besar dan bukan sachet, beli produk kemasan botol yang bisa didaur ulang. Beruntung bila tinggal di kota yang ada toko refill-nya, bisa belanja isi ulang tanpa sampah kemasan. 

Untuk belanja sayur-mayur jangan lupa bawa kantong belanja. Lebih niat lagi kalau beli lauk basah bawa wadah sendiri. Repot di awal tapi praktis kemudian, bisa tinggal simpan di kulkas kalau tidak mau langsung diolah.


    Aksi selanjutnya yang harusnya mamah-mamah suka, yaitu belanja dekat. Maksudnya gimana? Ketika belanja lebih memilih beli di toko yang ada di kota sendiri. Beli langsung dan bukan online. Mamah suka kan ya cuci mata datang ke toko. Dengan belanja langsung kita dapat mengurangi potensi menghasilkan sampah packaging dan juga rantai karbon yang panjang dari proses pengiriman barang dari kota nun jauh disana sampai ke rumah kita. Masa pandemi kemarin cukuplah ya kita banjiri rumah kita dengan bungkus-bungkus hasil cekout keranjang belanja. Sekarang kita bisa lebih selektif hanya belanja daring bila benar-benar diperlukan.

    Tampak menyulitkan hidup ya. Aku juga mikir gitu awalnya. Pelan-pelan dijalani ternyata tidak juga. Intinya pada pola pikir dan tidak harus sangat saklek. Bila tidak mampu semua, jangan tinggalkan semua. Membaca buku ini menjadi pengetahuan tersendiri. Meskipun beberapa isi buku mendapat kritik karena tidak sesuai terutama terkait data. Terlepas dari itu, bumi kian tahun terasa tidak senyaman dulu. Semoga bumi bisa menjadi lebih lestari.

    Terima kasih sudah membaca.

Rejeki Tak Pernah Salah Alamat

Pernah dengar ungkapan itu? Sering mungkin ya. Tapi seberapa yakin kita?

Aku mau berbagi cerita pengalaman Bapak waktu dulu masih aktif PNS (sekarang disebut ASN) di Departemen yang mengurus persoalan tenaga kerja, baik orangnya termasuk instansi atau perusahannya. Dalam kesehariannya di kantor, Bapak banyak berhubungan dengan orang-orang dari berbagai perusahaan.
Bapak suka bercerita kalau jadi PNS itu godaannya besar. Peluang untuk mendapat "penghasilan sampingan" yang meragukan atau bisa jadi tidak halal. Jangan pikirkan soal korupsi, karena itu terlalu jelas, jelas-jelas haram. Tapi bagaimana dengan hadiah tanda terima kasih? Atau yang sekarang disebut gratifikasi. Dulu sih belum ada aturan itu, hanya atas dasar kepatutan dan kejujuran saja.

Kembali ke cerita Bapak. Adalah hal biasa dan sudah semestinya bagi Bapak sebagai abdi negara membantu masyarakat yang membutuhkan, baik orang biasa atau petinggi perusahaan urusannya dengan lapangan pekerjaan atau proyek-proyek. Suatu ketika salah seorang kenalan Bapak rupanya telah berhasil dalam pekerjaannya. Ketika berjumpa dengan Bapak, teman ini tampak bahagia sekali. Dan sebagai ucapan terima kasih rupanya teman Bapak memberikan sedikit hadiah. Sebutlah angka 1 juta rupiah. Jumlah yang lumayan saat itu.
Perang batin dalam diri Bapak. Terima atau tidak ya? Tahukan betapa sengitnya pertempuran di ranah abu-abu itu. Keputusan Bapak jadi menerimanya. Mungkin saat itu bapak merasa layak mendapatkannya. Toh ini juga tidak terlibat langsung dengan proyek, hanya jadi penghubung dan sudah berlalu. Padahal kalau merujuk ke pengertian gratifikasi ya itu termasuk juga.

Semua baik-baik saja sampai dalam perjalanan kendaraan bapak bermasalah. Tidak bisa diperbaiki sendiri jadi harus dibawa ke bengkel.  Cek sana sini, sudah ketemu masalahnya, kendaraan pun di servis. Biasa saja. Sampai pada saat pembayaran membuat Bapak tertegun. Jumlah tagihannya mencapai angka 1 juta rupiah.
Seketika Bapak istighfar. Langsung teringat dengan hadiah yang baru Bapak terima. Bapak termenung dalam. Seolah Allah langsung menegur dan mengambil kembali apa yang memang sejak awal bukan hak bapak.


_______

Cerita lainnya tentang seragaman keluarga dalam momen nikahan. Kabar bahagia datang dari buleku di Kalimantan. Anaknya akan menikah dan ini menjadi berita gembira yang heboh di keluarga besar. Semua orang sudah menduga akan digelar pesta besar-besaran karena memang keluarga gedongan.

Hajatan besar sama dengan budget besar juga. Keluarga bulek memang baik dan karena kebaikan itu maka beliau mengundang sekaligus membagikan kain dan brokat kepada anggota keluarga besar. Sudah tahu dong buat apa? Buat seragaman sekeluarga di hari pernikahan tentunya.
Senang diberi kain bagus. Harusnya begitu ya. Tapi ternyata engga semua berpikir begitu. Untuk keluarga ekonomi pas-pasan menjahit baju berbrokatan itu tidak murah. Apalagi kalau anggota keluarganya banyak. Kalau datang ke acara tidak pakai seragam dan berbeda sendiri dengan keluarga lain? Oh tidak. Atau sengaja bikin sesuatu agar berhalangan hadir di hari H padahal info acara udah sebulan sebelumnya? Jadi malah repot cari-cari alasan.

Saat itu keluargaku sudah konfirmasi tidak bisa datang karena jauh domisili kami di Bandung. Lain cerita kalau dibelikan tiket hehe..
Beberapa hari kemudian datang paket yang lumayan berat. Ternyata isinya adalah kain seragam dan brokatnya. Waah baik banget, walau aku tidak bisa datang tetap diberi jatah. Hanya saja aku tidak perlu buru-buru menjahitnya karena kan gak bisa datang. Akhirnya kain itu disimpan saja.

Beberapa bulan kemudian, dalam rencana yang penuh kejutan kami pun pindah ke Kalimantan provinsi paling timur. Sortir ketat hanya membawa barang-barang yang diperlukan. Kain dan brokat dari bulek termasuk yang dibawa. Sekian waktu berlalu wujudnya masih sama, tak kunjung ku bawa ke penjahit. Ah nanti saja kalau sudah di Kaltim, sekalian minta rekomendasi penjahit sama keluarga.
Itu sih rencananya ya. Sampai suami dapat undangan nikah dari teman kantornya. Jujur kondisi keuangan sedang mepet banget saat itu. Maklum kami habis pindahan akbar dari Jawa Barat ke Kalimantan Timur. Habis-habisan untuk transpor pindahan dan juga bekal survival di tempat baru. Waktu itu kondisiku sedang hamil juga. Sehingga membeli kado termasuk pengeluaran tidak terduga tapi aku tidak ingin kami datang tidak memberi apa-apa ke pasangan yang baru menikah itu. Bisa tebak apa yang terjadi? Ya, kain dan brokat dari bulek itulah yang dijadikan hadiah. Aku mengecek sekilas kondisi kainnya. Masih bagus dan layak. Aku tidak mau memeriksa lebih detil takut jadi tidak rela melepas. Lagipula untuk apa ku tahan kalau tak kunjung dijadikan pakaian dan digunakan ?
Setelah hadir di pernikahan itu. Suami menerima pesan dari temannya yang jadi pengantin. Sebuah ucapan terima kasih dan senang dengan kado kami. "Kainnya bagus, Pak."
Rasanya senang sekali. Eh tapi, diantara sekian banyak kado nikahan kok bisa tahu itu kado dari kami? Padahal tidak ada ucapan apa-apa di dalamnya.


Beberapa waktu berlalu. Ada undangan pernikahan lagi, kali ini dari sepupu. Kali ini harus datang. Alasan apalagi kan kami sudah dekat tinggal di kota yang sama. Siaplah insyaallah.
Suatu hari aku berkunjung ke rumah orang tua dan ada saudara-saudaraku juga disana. Momen yang pas untuk koordinasi keberangkatan ke acara nikahan sepupu. Sampai pada bahasan,
"Supaya seragam dan gak perlu jahit lagi, kita pakai baju yang dulu nikahan anaknya bulek ya".
Jedeeerrrr.. agak panik tapi berusaha kalem. Gawat! Bagaimana bilangnya yaa kalau si kain itu tidak pernah aku apa-apa kan malah dijadikan kado ke orang.
"Harus seragamkah? Baju itu sudah gak muat eh. Kalau yang warna senada ada."
 Wah, perkataan dari saudariku menyelamatkan. Aku sangat mendukung, dong. Akhirnya ke kondangan dengan baju berbeda dengan tone warna yang serupa.
Aku merasa urusan kain itu beres dan tidak perlu merasa bersalah kalau tidak punya. Aku pun melupakannya.

Sampai sekitar 2 minggu lalu, Ibu berkunjung ke rumah ibunya di luar kota. Hanya menginap semalam. Lalu kembali dan ketika bertemu denganku memberikan sesuatu. Itu adalah baju kepunyaan mbah yang sudah tidak dipakai. Kebesaran bagi ibu jadi diberikan kepadaku.
Sama seperti Bapak yang termenung saat menerima tagihan servis kendaraan, aku juga sempat takjub. Karena baju yang ibu berikan adalah baju seragaman dengan bahan yang sama dari bulek untuk aku. Ukuran ya pas. Kain ini aku miliki lagi. Kali ini aku terima dalam bentuk tinggal dipakai. Tanpa pusing urusan jahit lagi.

Terasa nyata sekali, bahwa rejeki tidak pernah salah alamat. Valid.

2022-ku dengan MGN

Apa itu MGN? Kalau bahas ini akan muncul penjelasan-penjelasan lain agar paham asal usulnya. MGN adalah singkatan dari Mamah Gajah Ngeblog yang mulai eksis diawal tahun 2021. Satu dari sekian banyak subkomunitas hobi ITBMotherhood. Nah loh harus jelasin lagi kan itu apaan? Dari namanya sudah ketebaklah ya kalau itu isinya anak-anak yang kuliah di ITB. ITB tahukan ya tak perlu saya jelaskan. Motherhood yaa isinya perempuan semua, baik yang sudah berstatus ibu ataupun masih calon ibu. Yap tidak mesti yang sudah emak-emak boleh gabung disini, yang belum menikah pun boleh. Saya dulu join grup ini malah sebelum lulus kuliah. Cuma gak aktif ngikutin, pasif sekali bahkan nyimak saja tidak. Belum relate kali ya bahasannya dengan kehidupan yang dialami. Kalau sekarang? Menjadi grup yang diskusinya selalu dinanti-nanti. Merasakan kemanfaatannya saya suka njeblosin teman-teman saya ke grup ini. Terkhusus yang baru punya bayi. Ini grup seperti pusat segala informasi.

Kembali ke MGN. Saya udah tahu lama sebenernya. Cuma karena terlalu banyak mikir, takut tidak bisa konsisten menyetor tulisan, gak pede tulisan tidak bagus, ah malu saya cupu emak-emak ITB pasti pada mantep deh. Dan banyak monolog dalam kepala ini. Lalu kenapa saya melirik komunitas ini? Karena dulu di tahun akhir kuliah, saya sempat aktif menulis blog. Isinya kebanyakan review film dan dorama. Waktu itu saya nulis ya nulis saja, sayang sempat berhenti lama. Padahal beberapa orang bilang kalau tulisan saya bagus. Maksudnya saya punya potensi menulis. Iya sih. Kadang saya membaca ulang tulisan saya dan heran sendiri apa bener ini saya yang nulis. Kok bagus?? Haha apasih.

Berbekal sedikit kemampuan, pujian dan kepercayaan diri maka saya memberanikan mengajukan nama untuk join MGN. Saya merasa perlu memaksa diri untuk rajin menulis. Selain itu saya merasa diri ini suka overthinking dan saya bukan orang yang mudah curhat, cerita kemana-mana. Belakangan saya tahu dari teman bahwa menulis bisa juga menjadi terapi.

Bergabung di MGN. Ada tantangan menulis setiap bulannya. Dan di akhir akan ada voting untuk mendapatkan tulisan-tulisan terbaik dan mana yang jadi favorit. Tidak punya ekspektasi macam-macam. Saya hanya ingin punya blog yang aktif diisi tulisan. Ternyata saya dapat badge tulisan favorit. Gak nyangka. Ini jadi motivasi tersendiri. Terima kasih teteh-teteh.
Logo Subkomunitas MGN


Awalnya saya mengira di MGN akan ada semacam tim juri yang akan menilai dan mengoreksi tulisan di setiap blog. Tapi ternyata engga ribet gitu. Semua -termasuk admin: mamah Andina, mamah Risna, mamah Uril, mamah Restu- menulis saja di blog sesuai tema kalau tantangan dan menulis bebas jika blog walking. Kemudian semua saling membaca dan menilai melalui voting beberapa kategori. Ternyata kegiatan ini bermanfaat menambah wawasan, menikmati gaya penulisan yang berbeda tiap orang dan ternyata gak melulu isi tulisannya sesuatu yang wah nan banyak istilah. Ya ada juga sih. Namun ada yang ringan saja, pengalaman pribadi dan tingkah konyol.

Ya ampun ini tulisan gak ujung-ujung. Intinya sih 2022 finally mempertemukan saya dengan komunitas ini. Semoga saya tetap bisa konsisten nulis dengan semangat ataupun saat tidak semangat. Hingga saya bisa mengisi hidup ini dengan berbagi tulisan yang bermanfaat.

Secara ajaib tulisan saya buat dalam setengah jam. Tadinya sebagai penutup postingan untuk MGN di tahun 2022 ini tapi saya terlambat setor karena lagi tidak sehat dan nungguin anak tidur yang engga tidur tidur malah saya jadi yang ketiduran. Wkwk.

Terima kasih sudah membaca.

Cinta Diri Sejak Dini

Topik tentang kesehatan mental semakin populer beberapa tahun terakhir ini terutama di sosial media kita. Mulai dari depresi, bipolar, gangguan kecemasan, skizofrenia, termasuk PPD (Post Partum Depression) dan baby blues pada ibu pasca melahirkan. Nyatanya jumlah orang yang didiagnosis mengalami gangguan ini meningkat pesat, bahkan menurut WHO 1 dari 4 orang dewasa beresiko mengidap gangguan mental. Sedangkan pada anak-anak dan remaja dibawah usia 14 tahun perbandingannya 1 dari 5 orang. Jumlah yang cukup mengkhawatirkan.

Jika melihat penyebabnya, gangguan mental ini disebabkan oleh berbagai faktor yaitu biologi (genetik, dalam masa kehamilan, trauma kepala, gangguan anatomi dan fisiologi), psikologis (konsep diri, intelegensia, perkembangan emosional) dan sosial (stabilitas keluarga, pola asuh orang tua, adat dan budaya, tingkat ekonomi). Memandang isu ini dari sudut pandang seorang ibu, yang dikhawatirkan kemudian bukan tentang diri sendiri tapi ke anak-anak. Apa yang bisa dilakukan untuk meminimalkan faktor resiko gangguan mental ini pada anak-anak kita?

Melalui pola asuh yang baik dan sehat setidaknya dapat kita mulai ajarkan pada anak-anak kita untuk mencintai dirinya. Selain tentu mengenalkan dan mencintai Tuhan. Sering kan ya kita dengar orang yang sakit mental di-judge kurang beriman. Padahal ya nggak sesederhana itu. Mampu menerima diri sendiri ternyata menjadi salah satu bagian penting pada kebahagiaan hidup seseorang. Istilah populernya mencintai diri sendiri atau self-love, yang merupakan aspek penting bagi kesehatan mental, menjaga depresi dan kecemasan.

Hubungannya bagaimana ya antara self love dengan menjaga kesehatan mental? Orang yang memiliki self love mampu menghargai dan berteman dengan dirinya sendiri, menerima kelebihan dan kekurangan pada dirinya. Dengan pikiran dan keadaan psikologis yang positif ini akan mempengaruhi sudut pandang dan respon seseorang dalam menyikapi segala hal, pengalaman, kejadian di sekitar, perubahan lingkungan termasuk menyikapi perlakuan orang lain terhadap dirinya. Sepertinya ini menjadi soft skill penting untuk hidup di jaman ini, yang layak dikenalkan sejak dini. 

Ajarkan Self Love Sejak Masih Kanak-kanak

Jika membahas tentang anak-anak dan dunia kanak-kanak sekarang ini, rasanya jauh berbeda dengan jaman saya masih kecil. Anak SD masih santai, pulang sekolah masih bisa bermain dengan tetangga di sore hari. Seperti tidak ada capeknya pulang sekolah. Sekarang ini, anak TK saja pulang sekolah masih belum tentu bisa santai karena ada jadwal les ini dan itu. Anak kelas 1 katanya tidak harus bisa membaca dan menulis tetapi rata-rata siswa sudah bisa membaca walau terbata-bata. Anak mungkin lelah tapi kalau tidak les bisa ketinggalan dengan teman-teman di sekolah. Dan rasanya tidak enak menjadi yang tertinggal.

Terlepas karena kebutuhan atau gengsi, orang tua menjadi fokus pada kemampuan akademis anak, tetapi lupa memperhatikan perasaan anak. Bila berlangsung bertahun-tahun maka anak akan asing dengan perasaan mencintai diri sendiri. Padahal kemampuan ini dapat mendukung anak tumbuh lebih percaya diri, bangga pada apa yang bisa dia kerjakan, mampu belajar dari kesalahannya, dan paling penting tidak mudah terpengaruh lingkungan negatif.

Review Buku Seri Early Readers

Lalu bingung darimana memulai mengenalkan self love ke anak-anak ya? Ada banyak cara, salah satunya melalui cerita dalam buku. Setelah galau cukup lama mencari bahan tulisan Untuk menjawab Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog (MGN) bulan november 2022, saya memutuskan untuk mereview buku si kakak. Buku yang dibeli sekitar tahun 2018 saat usianya masih 2 tahun. 

Buku-buku Seri Early Readers

Seri Early Readers karya penulis dari Korea Selatan yaitu Yoon Yeo-rim dan illustrator oleh Bae Hyun-ju. Buku ini terdiri dari 3 judul: “Aku Sayang Diriku!”, “Aku Suka Semua!”, dan “Halo, Semua!”. Hanya punya dua judul saja karena saat itu stok “Halo, Semua!” sedang kosong. Buku ini sebenarnya sudah lama tidak dibaca karena si kakak sudah 6 tahun, lebih tertarik dengan buku yang isinya lebih banyak. Buku-buku ini dibaca lagi untuk bahan cerita ke adiknya, saat ini berusia 18 bulan. Benar ya, pada buku yang sama pemaknaan kita bisa berbeda jika kita membacanya di waktu yang berbeda. Itu yang saya rasakan ketika membaca ulang buku-buku ini setelah 4 tahun berlalu.

Kata Pengantar Untuk Pembaca Cilik



Diawal buku, penulis memuji pembaca anak dengan kata-kata “anak keren yang menyayangi diri sendiri”. Juga dibagian cover belakang, penulis menyampaikan pesan buku ini untuk mengajari anak sayang diri sendiri, percaya diri dan mengajak anak-anak menyukai segala hal di sekitar mereka. Ya, mengajak anak menyukai hal-hal disekitarnya. Saya membacakan ulang buku ini untuk si kakak. Dulu dia dibacakan saat masih batita, sekarang dia sudah jadi anak sekolah TK. Namanya anak sekolah, sudah mulai punya pergaulan dengan teman-temannya. Cerita tersering yang saya dengar adalah tentang dia yang terlihat ingin sesuatu yang sama dengan yang dimiliki teman-temannya. Saya bisa mengerti perasaannya karena waktu saya kecil juga seperti itu, bedanya si kakak ini cerita ke orang tuanya, sedangkan saya dulu tidak. Saya merasa senang ketika anak mau membuka dirinya kepada saya, sehingga saya punya kesempatan untuk menerima perasaannya dan menjawab kegundahannya.

Salah satu halaman pada buku "Aku Suka Semua!"

Dalam buku yang berjudul “Aku Suka Semua!”, diceritakan tentang tokoh anak yang menyukai barang-barang yang ada di rumahnya. Mulai dari mainan sampai ke personal stuff, benda mati juga benda hidup. Boneka beruang, rumah-rumahan, sepeda, balon, bebek karet teman mandi, sikat gigi, sepatu, kloset kecil, tunas kecil, batu-batu yang dipungut di jalan, hingga pasir. Apapun benda yang diceritakan, semua diakhiri dengan kata “aku suka …”.Yang saya suka dari buku ini, barang-barang yang ditampilkan cukup umum ada di rumah-rumah yang memiliki anak kecil di Indonesia. Mungkin karena penulisnya orang Asia sehingga masih relate dengan kehidupan kita. Dengan bantuan buku ini saya mencoba menyampaikan kepada si kakak agar dirinya bersyukur dengan apa yang dia miliki. Keinginan untuk memiliki sesuatu yang sama dengan temannya adalah hal yang wajar, saya mempersilakan dia untuk bilang ke saya atau ayahnya. Hanya saja dia harus tahu kalau belum tentu dia akan kami beri apa yang dia mau, kecuali jika itu adalah sesuatu yang kami rasa dia butuh dan dia belum punya.

Salah satu halaman pada buku "Aku Sayang Diriku!"

Untuk buku yang berjudul “Aku Sayang Diriku!”, diceritakan tokoh anak yang mengenal diri dan menyukai apapun pada dirinya. Dari tingkah lucu dan pintar hingga kelakuan konyol, kotor, dan berantakan. Bergaya imut, makan lahap walau berceceran, kaki nyangkut saat pakai celana, menyundul bola tinggi, main hujan, main pasir, membereskan mainan padahal masih berantakan, merawat adik, berdandan ala orang dewasa, bersembunyi dalam lemari dan tertawa bersama teman. Apapun yang dilakukan, semua diawali dengan kalimat “aku sayang diriku”. Isi buku ini seolah ingin menyampaikan ke orang tua bahwa wajar anak-anak menjadi berantakan dan kotor saat sedang bermain. Kegiatan yang menyenangkan dan menyehatkan bagi raga dan jiwa mereka. Ada sebagian orang tua yang tidak membolehkan anaknya kotor, harus kinclong selalu. Jadi ingat jargon iklan detergen “Berani kotor itu baik!”. Sebagai orang tua dengan anak bayi dan balita sepertinya saya perlu selalu ingat ini kalau mereka berantakan, kotor atau basah. Supaya tidak mudah emosi ya, hehe.

Cover buku "Halo, Semua!"

Terakhir untuk buku berjudul “Halo, Semua!” saya tidak punya, namun sempat membaca sekilas review di sosial media. Tokoh anak dalam buku ini diceritakan sangat ramah. Selalu menyapa “Halo” kepada siapa saja, tetangga, teman-teman dan siapapun yang dijumpainya termasuk hewan-hewan. Menyapa ayah dan kakek, menyapa kakak dan nenek tetangga, menyapa teman-teman, bibi penjual, tukang sepeda, anjing, burung-burung sampai awan pun disapa. Dunia anak yang ceria dan ramah, membuat orang dewasa serasa ingin kembali ke masa kecil ya.

Harapan Penulis di Cover Belakang Buku

Mengajari anak-anak mencintai diri mereka dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya melalui membacakan buku. Kegiatan mudah dan menyenangkan ini dapat menjadi media komunikasi efektif untuk orang tua dan anak, menasehati tanpa menggurui. Anak-anak senang, pesan orang tua tersampaikan. Saya percaya dengan pola pikir dan pola asuh yang baik dan sehat, kita dapat mengupayakan mental sehat untuk masa depan anak-anak.

Tantangan Terakhir di Tahun 2022


Referensi:

- BEM Fakultas Psikologi. “Kesehatan Mental dan Sejarah World Mental Health”. (http://bem.fppsi.um.ac.id/index.php/2018/11/05/kesehatan-mental-dan-sejarah-world-mental-health-day/), diakses 14 November 2022.

- dr. Kamila Adam, Sp.KJ. “Mitos, Kesalahpahaman, dan Fakta Mengenai Gangguan Jiwa”. (https://rs-soewandhi.surabaya.go.id/mitos-kesalahpahaman-dan-fakta-mengenai-gangguan-jiwa/), diakses 20 November 2022

- RSJ Menur, Jawa Timur. “Faktor Penyebab Gangguan Jiwa”. (https://rsjmenur.jatimprov.go.id/post/2020-07-28/faktor-penyebab-gangguan-jiwa#:~:text=Beberapa%20bukti%20menunjukkan%20bahwa%20gangguan,gangguan%20anatomi%20dan%20fisiologi%20saraf.), diakses 20 November 2022

- Aninsi, Niken. “10 Cara Self Love dan Pentingnya Mencintai Diri Sendiri". (https://katadata.co.id/safrezi/berita/61d7c91d5ed91/10-cara-self-love-dan-pentingnya-mencintai-diri-sendiri), diakses 20 November 2022

Setelah Belasan Tahun

2007 Alhamdulillah aku dinyatakan diterima sebagai mahasiswa ITB. Sejak itulah aku resmi jadi anak rantau. Oh, sebenarnya aku sudah lulus SMA setahun sebelumnya, hanya karena belum tahu tujuan kuliah apa dan dimana jadilah saya ikut saja dengan kakak yang sedang kuliah di Semarang, Jawa Tengah. Maksudnya untuk memberi suasana perjuangan anak kuliahan, soalnya kalau saya di kampung halaman doang terancam santai karena nyaris tidak ada hawa-hawa kompetisi. Apalagi saya model anak rumahan, kalau tidak ada agenda kegiatan maka saya di rumah saja.

Tahun-tahun pertama di ITB adalah masa-masa TPB yang berat. Bukan kuliahnya saja. Penyesuaian dengan lingkungan baru, menu makanan yang beda selera, perkuliahan, perbedaan bahasa dan yang paling berat adalah rindu. Ya, berpisah dengan bapak ibu. Homesick membuatku betul betul sick. Sampai-sampai bapak pernah bilang dalam satu waktu ketika mengunjungiku ke Bandung. Inti perkataan beliau, "kalau ndak kuat mau pulang aja kah?"

Oh NO, susah-susah masuk ITB kok karena kangen gini aja jadi mundur. Bismillah lanjut, Pak!

Ulala.. masuk ITB memang susye tetapi keluarnya ternyata lebih susah yaaa.. wkwk. Ya gimana bapak gak bilang gitu. Wong pas ketemu bapak, aku lagi sakit serius dan beruraian air mata. Pas perpisahan apalagi beuh. Karena tahu akan sangat jarang untuk aku bisa dikunjungi. Aku dan rumahku beda pulau, cost lumayan jadi untuk pulang pun jarang. 

2011 menjadi tahun yang melegakan. Bulan juli menjalani sidang dan dinyatakan lulus. Baru di bulan oktober mengikuti prosesi wisuda di Gedung Sabuga. Banggalah bisa membawa bapak ibu duduk didalamnya. Berasa eksklusif, karena dari prodi (program studi) angkatanku hanya 4 orang yang wisuda saat itu.


Setelah wisuda apakah aku langsung balik ke kampung halaman? Ternyata tidak. Aku mulai terbiasa dan betah. Juga terlibat beberapa proyek berpenghasilan bersama teman-teman. Masa-masa produktif yang menyenangkan. Bapak ibu ingin mengajakku pulang, namun mereka sadar sepertinya peluang karir untuk aku lebih terbuka di Bandung.

Sekitar setahun aku masih jadi anak kosan. Sampai suatu kali bapak menelpon menanyakan kembali niatku apa masih di Bandung atau mau pulang. Dasar aku keras kepala tidak mau pulang. Gaya bener. Seolah sudah lupa bagaimana meweknya aku di tahun pertama dulu. Padahal maksud bapak meneleponku adalah mau memberi instruksi, kalau memang aku mau di Bandung sekalian saja kuliah lagi. Siapa tahu ketemu jodoh. DEG! Ya ampuun ini bapak modus yaa.. dikira bercanda tapi ternyata serius banget. Yang mana yang serius, tentang kuliah atau jodoh? Keduanya yes.

2012 Mengikuti wawancara sebagai syarat pendaftaran mahasiswa magister FSRD. Walaupun sudah bermodal ijazah cap gajah tapi melihat calon mahasiswa lain datang dengan membawa -memamerkan- portofolio karya mereka, sempet bikin keder juga. Aku dan beberapa temanku tidak membawa apa-apa soalnya. Bawa diri aja dengan pakaian rapi.

Eng ing eng. Hasil penerimaan menyatakan selamat datang kembali kepadaku di kampus gajah. Kali ini perasaannnya agak berbeda dengan jaman S1 dulu. Rasa senengnya lebih dirasakan oleh orang tuaku. Aku bukan tidak suka, bersyukur iya. Ya harus dong karena ternyata temen-temen yang membawa-bawa portofolio keren-keren itu tidak diterima. Padahal mereka sudah jauh-jauh datang dari daerah yang jauh di Jawa tengah dan Jawa Timur sana.

Masa perkuliahan dilewati dengan lebih santai. Minim drama. Tidak banyak kongkow. Sambil melanjutkan proyek dengan teman-teman. Tidak hanya kuliah, aku juga menerima ajakan seorang teman lain untuk berorganisasi. Awalnya karena untuk menemani aktivitas teman ini namun ternyata aku aktif juga dan menikmati. Senang hati kegiatan menjadi bervariasi. 


2015. Sekali lagi ke Gedung Sabuga bersama orang tua dan ehem ehem.. Alhamdulillah sudah ada pendamping wisuda. Lagi lagi oktoberian. Soalnya awal tahun lamaran, mei nikahan. Jadi ga kekejar dong mau juli wisudaan. Wkwk..

Setelah sah jadi istri orang, orang tua sudah tidak bisa lagi membujuk-bujuk aku pulang. Aku jelas akan ikut domisili suami, mereka mengerti itu. Dan kami sepakat akan stay di Bandung. Warawiri penyesuaian di awal-awal pernikahan hingga dalam setahun 3x pindahan. Heboh repot dan serunya pindahan. Suasana baru lagi di tempat yang baru. Pas positif hamil sudah stop nomaden-nya. Bumil ga bisa diginiin. Harus jaga kesehatan fisik dan keuangan persiapan buat nanti lahiran. 

2016 Perasaan mules deg-degan saat sidang tidak seberapa bila dibandingkan dengan mules menjelang persalinan. Bagaimana tidak? Perjuangan hidup dan mati katanya, itu yang sering kudengar. Nyatanya aku "dipaksa" melahirkan oleh dokter karena kondisi preeklampsia, demi keselamatan ibu dan bayi. Blank. Bahkan saat di dalam ruang bersalin dan menjalani beberapa prosedur aku masih tidak percaya akan melahirkan secepat ini. Ya kupikir masih 2-4 pekan lagi. Aku belum betul-betul menyiapkan mental dan belum fix menentukan akan lahiran dimana. Allah menunjukkan kekuasaan-Nya, Dia yang pilihkan sebelum aku galau berkepanjangan.

Beberapa jam kemudian. Alhamdulillah proses induksi tidak terlalu lama bukaan sudah sempurna. Akupun resmi menjadi ibu. Rasanya masih belum percaya saat menggendong bayi mungil tak berdaya untuk pertama kalinya. Aku lega. Suami lebih lega. Dia sempat merasa horor banget karena monitor pada peralatan tanda vital yang dipasang padaku sempat menunjukkan lampu kuning. Tidak terbayang olehnya kalau lampu itu berubah jadi merah. Sampai-sampai dia berpikir, kalau disuruh memilih menyelamatkan salah satu antara ibu atau bayi, dia akan mantap menjawab IBU-nya! Saat mendengar itu aku tersapu-sapu eh tersipu-sipu bahagia. Alhamdulillah itu tidak terjadi, bayi dan ibu selamat. 


2019 akhir. Pandemi diumumkan. Dunia sedang dilanda wabah seperti flu yang merusak organ pernapasan akut menyebabkan kematian jutaan jiwa. Corona virus disease alias Covid-19. Angka 19 berasal dari tahun ditemukannya pertama kali di Wuhan, Tiongkok. Negara inipun sigap melakukan karantina satu kota. Bergerak cepat untuk penanganan wabah. Namun virus terlanjur sudah menyebar dan masuk ke indonesia kisaran februari 2000. Ingat sekali karena pada bulan itu aku masih pergi ke bandara Soekarno Hatta dan belum ada pemberlakuan wajib masker atau apapun pencegahan wabah. Penerbangan Internasional kedatangan dan keberangkatan juga bebas. 

Keluarga kecilku begitu taat protokol kesehatan. Karena itu, 2 tahun pandemi ini terasa berat dan bosan karena lebih banyak di rumah. Kami juga tidak menerima kunjungan orang luar ke rumah, kecuali harus patuh prokes. Aku sangat protect ke anak, tidak mau teledor.

Kondisi pandemi ini ternyata membuat keluarga besarku, terutama ibu, selalu mengkhawatirkan kami yang tinggal beda pulau ini. Maklum, Bandung saat itu termasuk zona merah juga letak geografisnya yang dekat dengan jkarta. Apalagi ketika tahu aku hamil lagi. Ibu sudah memikirkan bagaimana nanti kalau aku melahirkan tidak ada yang menemani. Ya memang mengkhwatirkan kesna prosedur di rumag sakut lebih ketat sejak landemi. Tidak ada jam besuk dan jika mau bertemh harus menjadi tes swab. SebenFnya vukan ibu saja yanv cemas, aku juga memikirkan itu. Maka kami memutuzkan untuk hijrah pindah ke kmaoung halamanku sebelum hamil smalin besar dan dilaranv terbang. Mendengar kabar ini, ibu meraza sangat lega. 

2022 kiranya akan serba mudah ketika pindah tinggal dekat dengan keluarga besar. Ternyata tidak selalu begitu. Pertama kali datang pun sudah sedikit terjadi perbedaan sikap. Kami yang sangat ketat prokes berencana isoman  (isolasi mandiri) setidaknya 1 pekan sejak kami datang. Bapak malah meminta kami menginap di rumah sebelum tinggal di kontrakan. Sambutan yang hangat dan akrab. Namun kami cemas takut bawa virus dari kota zona merah. Akhirnya stelah ditolak halus, proses lobi dan penjelasan kami bisa menjalankan isoman. Aku merasa tak enak dengan orang tua. Seolah kami memberi pagar pada kemeriahan sambutan Mereka. Ya aku juga harus menjaga keluarga kecilku terlebih suami yang jadi merantau dan jauh dari keluarga besarnya. 

Kabar mengejutkan juga melegakan datang keesokan harinya. Ibu dan bapak positif corona! DEG. Tentu ini kabar mengejutkan, juga sedih dan cemas. Namun leganya adalah hikmah patuh pada suami sehingga kami terjaga dari wabah ini. Suami menelepon orang tuanya untuk memberi tahu kabar mertuanya kena covid. Sudah diduga mereka khawatir dan meminta kami cek, terlebih bumil dan anak-anak resiko tinggi tertular. Kami tidak langsung cek namun menunggu kabar kepastian siaoa saja di rumah orang tuaku yang positif. Ternyata bapak dan ibu saja, adik dan ipar yang tinggal seatap negatif. Alhamdulillah kami aman karena setelah isoman semua kondisi sehat. Bapak ibupun setelah menjalani karantina mandiri di rumah selama 2 pekan, kembali sehat sedia kala. Anak dan cucu saling menjenguk memberi semangat, perhatian dan cinta walau hanya sampai teras saja. 

Covid-19 memberi hikmah yang banyak. Memutus hingar bingar dunia, membirukan kembali langit yang abu-abu, mengajarkan untuk lebih menjaga kebersihan, menyadarkan akan besarnya nikmat kesehatan, juga memberi makna yang dalam akan berharganya sebuah pertemuan. Betapa menyenangkan dan seru saat berkumpul. 

2006 ke 2022. Bukan waktu yang singkat. Namun bisa tinggal dekat lagi dengan keluarga besar adalah sebuah hal yang patut disyukuri. Dengan begini lebih terasa bahwa ketika berjuang di kota ini, kami tidak lagi sendiri.


Tulisan ini untuk meramaikan nulis kompakan Mamah Gajah Ngeblog, Oktober 2022 dengan tema kumpul-kumpul.

K-drama alias Kopiko di Drama

Kopi yang terkenang enak dan saya suka yaitu kopi hitam. Jaman saya masih SD kecil kopi hitam bubuk dan gula saja, kopi lokal yang dijual per plastik tanpa merk. Atau kalau yang kemasan kopi Kapal Api. Kopi ini lebih sering saya nikmati kalau ada sisa lebihan si teko kopi yang disuguhkan untuk para tukang bangunan. Lho kok, maksudnya gimana? Iya, itu minuman yang disuguhkan ibu ke bapak-bapak tukang yang dipekerjakan untuk renovasi rumah. Biasanya temannya kopi ini ya gorengan. Ibu membuat kopi di teko besar sehingga buanyak dan jarak sekali habis. Dan itu tugas saya menghabiskannya hehe.


Ya itulah sedikit pengantar tentang saya dan kopi. Bagi saya kopi tidak pernah menjadi teman begadang atau membuat jadi sulit tidur. Malahan saya pernah tertidur di sela waktu menikmati kopi.

Itu cerita saya yang suka kopi saat kecil. Pas sudah besar justru jarang minum kopi, bahkan saat kopi kini menjadi tren. Kalau ingin icip-icip rasa kopi maka saya makan permen Kopiko. Salah satu permen kesukaan saya, yang sempat trending karena muncul dan dimakan oleh pemain-pemain utama di drama Korea. Tiga drama itu Vicenzo, Mine dan Hometown Cha Cha. Saya gak nonton semua, hanya satu saja, yang akan saya ulas sedikit di tulisan yang diikutsertakan dalam https://mamahgajahngeblog.com/tantangan-mgn-oktober-2022-mamah-dan-kopi/



Dengan berbekal -salah satu- spoiler kemunculan Kopiko ini, maka sepanjang episode saya bertanya-tanya apakah dua pemain utama akan makan itu permen? Lalu saya juga jadi penasaran berapa modal untuk pasang iklan di k-drama dgn pemain papan atas?

Permen Kopiko ini sudah ada sejak 1982 diproduksi PT Mayora Indah (Tbk). Kopiko ini permen Indonesia pertama dan sudah go global. Global Marketing Director Mayora Group, Ricky Afrianto, membagi kisah dibalik strategi pemasaran Kopiko melalui drama Korea. Tidak mudah untuk diterima pihak produksi dramanya, karena mereka mengecek dulu kualitas produknya. Jauh sebelum mejeng di drama, pemasaran Kopiko ini sudah bagus dan sudah dijual di 100 negara, termasuk Korea Selatan. Jadi ya Kopiko tidak perlu melakukan pencitraan yang cuma gimmick. Untuk kemunculan di drama pun tidak bisa sembarangan. Seperti halnya kalau kita mau posting jualan di sosmed pasti memperhatikan kapan prime time, pihak marketing Mayora juga memperhitungkannya. Kopiko sengaja ditampilkan bukan di episode-episode awal atau akhir melainkan di pertengahan episode, karena inilah saat rata-rata drama Korea mencapai rating tertinggi.

Permen Kopiko sempat mencuri perhatian karena muncul di serial drama Korea Vincenzo. Viral dong sebab apa? Kopiko dimakan Song Joong-Ki, pemeran utama pria yang populer luar biasa. Gak tanggung-tanggung, permen ini muncul sebanyak empat kali, yaitu di episode 14, 15, 17, dan 19.


Berapa biaya yang harus dirogoh brand ini untuk bisa tampil di drakor? Pihak Kopiko sendiri enggan menyebutkan berapa anggaran yang dihabiskan untuk penempatan iklan di drama tersebut. Namun, seorang produser film asal Indonesia, Delon Tio sempat beberkan informasi soal pembiayaan ini lewat cuitannya di Twitter.

Dibutuhkan setidaknya 200 juta won atau sekitar Rp 2,5 miliar untuk dua kali adegan. Itu artinya, pada empat adegan kemunculan Kopiko, biayanya mencapai Rp 5 miliar. Menghabiskan budget fantastis, tapi worth it gak sih? Tentu saja.

Peneliti Strategi Brand Placement Melalui Media Film Untuk Menciptakan Brand Awareness, Utami Maulida, mengatakan biaya promosi sejumlah 5 miliar rupiah yang dilakukan PT Mayora Indah dan brand Kopiko dianggap berhasil melakukan brand awareness audience. Berawal dari slogan “gantinya kopi” kini menjadi viral dengan keyword “Kopiko permen Vincenzo”. The power of babang Joong-Ki kah wkwk.

Sebenarnya saya juga penasaran berapa modal kalau Shin Min Ah makan Kopiko di Hometown Cha Cha ya? Soalnya setelan baju-baju yang dipakainya dalam drama aja branded semua. Kalau kamu kepo juga gak?

Referensi:
https:///read/2021/11/05/093848426/cerita-mayora-di-balik-eksisnya-permen-kopiko-di-drama-korea
https:///amp/532881383/perankan-karakter-perempuan-mandiri-ini-harga-outfit-shin-min-ah-di-hometown-cha-cha-cha
https:///kolom/2021/10/21/141934/kopiko-muncul-dalam-drakor-vincenzo-dan-hometown-cha-cha-cha-menguntungkan-atau-tidak