Kelapa, "Pundak, Lutut, Kaki"

"Jajaran Pohon Kelapa di Pantai Manggar, Balikpapan"
Sumber: Dokumentasi Pribadi


Kalau bisa dianalogikan pohon kelapa seperti tubuh manusia. Pundak untuk daun-daunnya, lutut adalah batangnya sebagai penyangga, dan kaki yaitu akar dan menjadi pijakan di tanah. Sejak sekolah dulu aku dibuat heran dengan pohon yang satu ini. Kampung halamanku dekat dengan pantai jadi tidak sulit menemukan pohon ini bahkan di halaman rumah warga. Bagiku pohon ini canggih. Bagaimana tidak? Pohon dengan batang tunggal yang kurus itu dan tumbuh sangat tinggi itu mampu menopang daun-daunnya yang banyak-panjang-besar, ditambah butir-butir kelapa berisi air. Berat itu lho, kok pohonnya tidak tumbang? Malah seperti asik berayun kala diterpa angin laut yang kencang.

Pohon kelapa (Cocos nufifera L) punya julukan istimewa yaitu tree of life atau a heaven tree. Tak berlebihan karena dari daun sampai akar pohon ini dapat dimanfaatkan oleh manusia. Inilah yang membuatku tertarik untuk mengupas pohon kelapa dalam  Tantangan MGN April 2024  bertemakan “Bumi”.

"Bumi, I Do Care"

Pohon kelapa tumbuh di kawasan khatulistiwa menjadi ciri khas daerah tropis. Berasal dari Samudra Hindia kini menyebar hampir di 80 negara termasuk Indonesia. Mudah tumbuh di daerah pantai dan menyebar dari satu pesisir ke pesisir yang lain dengan perantara gelombang laut. Produktivitas pohon kelapa juga tinggi. Butuh waktu satu sampai tiga tahun saja untuk mulai berbuah. Satu pohon bisa menghasilkan 100 batok kelapa dan tumbuh tinggi sampai 30 meter. Tanaman ini dapat tumbuh hingga ketinggian 1.000 meter diatas permukaan laut (dpl).


Histori Indonesia dan Kelapa

Indonesia, Negara kepulauan terbesar dengan garis pantai yang panjang memiliki areal tanaman kelapa terluas di dunia 3,90 juta ha (Dirjen Perkebunan, 2006). Hamparan kebun kelapa terdapat di daerah Riau, Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, NTB dan NTT. Keberadaannya memiliki peran sosial, ekonomi dan budaya bagi masyarakat Indonesia. Menjadi sumber penghidupan masyarakat pesisir. Sejak sekolah kita sudah dikenalkan dengan tunas kelapa pada lambang Pramuka.

 Tahun 60-an kelapa menjadi tanaman strategis bahan baku minyak goreng. Di era 70-an, perdagangan kopra membuat kapal-kapal sibuk hilir mudik dari satu pulau ke pulau lainnya. Hingga tahun 80-an, kelapa berjaya di tanah air. Kepopulerannya kemudian digantikan dengan tanaman asal Afrika yaitu kelapa sawit. Terutama sebagai penghasil minyak. Padahal potensi kelapa sangat luar biasa. Produktivitas lahan kawasan kebun kelapa dapat ditingkatkan dengan menggabungkannya dengan tanaman coklat atau memelihara hewan ternak.


Kupas Tuntas Pohon Kelapa Hingga "Kaki"-nya

"Perbandingan Pohon Kelapa dan Manusia"
Sumber: Dokumentasi Pribadi


Satu pohon kelapa dapat berbuah 10-13 kali dalam sebulan. Dalam 1 rumpun buahnya rata-rata berisi 12 butir kelapa. Tandan bunganya atau mayang menjadi hiasan pada pernikahan adat. Bunga betinanya dapat dimakan. Cairan manis dari bunga dapat disadap yang disebut nira, bahan pembuatan gula jawa atau minuman tuak.

"Satu Rumpun Buah Kelapa Muda"
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Daun muda pada pohon kelapa disebut janur. Dapat dianyam menjadi sarang ketupat juga menjadi hiasan pada acara adat atau pernikahan. Kreasi lainnya berbentuk kipas, topi, tas tangan, dan keranjang. Daun yang sudah tua dapat dijadikan atap rumah atau dinding. Bagaimana tulang daunnya? Sangat bermanfaat sebagai partner legend bersih-bersih kita, sapu lidi. Yay! Satu lagi fungsinya yang belum banyak diketahui, ternyata daun kelapa adalah pakan favorit para gajah.

"Sarang Ketupat"
Sumber: sajiansedap.grid.id

Air kelapa muda dengan dagingnya, ditambah es batu dan sedikit sirup atau gula jawa. Diminum ditengah teriknya siang hari. Sangat segar sekali! Air kelapa memang jodoh untuk panasnya tropis sebagai minuman isotonik bagi tubuh yang mengeluarkan banyak cairan. Air kelapa tua beda lagi, dapat diolah menjadi nata de coco, kecap dan cuka. Air kelapa juga digunakan dalam memasak, seperti pada proses pembuatan tempe bacem dan ayam kalasan.

 

Daging buah kelapa muda yang lembut dapat dibuat es kopyor, juga kue gurih seperti klappertart. Daging kelapa tua yang mengeras diparut dan diperas menjadi santan. Cairan putih ajaib yang membuat gurih makanan. Tak terhitung banyaknya menu masakan Indonesia yang tercipta menggunakan bahan istimewa ini. Rendang, opor, kalio, nasi kuning, nasi uduk, nasi liwet, soto betawi, sayur bobor, lodeh, coto Makassar, gulai. Jajanan dan kudapan tradisional seperti kolak, bubur, putu ayu, wingko, kue pancong, klepon. Daging buah tua dikeringkan menjadi kopra, bahan baku membuat minyak kelapa. Minyak paling sehat diantara minyak sayur lainnya seperti minyak jagung, minyak kedelai, minyak canola dan minyak bunga matahari. Selain itu kopra dapat dijadikan mentega, sabun dan pelembab.

Tempurung atau batok kelapa dapat dijadikan arang, peralatan rumah tangga, kancing baju, mainan tradisional, hingga perlengkapan aksesoris. Asap cair dari tempurung kelapa berguna sebagai formalin alami, pengawet makanan yang aman.

"Briket dari Batok Kelapa"
Sumber : Youtube Badan Karantina Indonesia

Sabut kelapa dapat digunakan sebagai scrubber untuk membersihkan lantai, bahan baku kerajinan seperti isian jok, bahan industri karpet. Bila direndam air selama 15 hari dapat menjadi pupuk organik cair. Bila digiling halus sampai menjadi bubuk dapat menjadi media tanam.

Batang pohon kelapa memiliki butiran berserat yang terdiri warna coklat gelap, coklat medium dan emas. Tiga warna dasar ini menunjukkan kepadatan kayu pohonnya. Kandungan silika menjadi rahasia  elastisitas pada batangnya sehingga tidak mudah patah oleh angin. Batang kelapa ini telah dimanfaatkan sebagai kayu substitusi di Kota Payakumbuh, Sumatera Barat. Diolah berbentuk sortimen berukuran 2 x 15 cm, 3x15 cm, 4x6 cm, 5x7 cm, 5x10 cm, 10x10 cm dengan panjang 4 meter yang biasa digunakan untuk konstruksi ringan (Starfor Journal Vol.7 Maret 2023, hal.178).

"Potongan Kayu Kelapa"
Sumber: rajawaliparket.com

Akar kelapa kaya akan nurisi: serat, vitamin C, vitamin E, anioksidan, asam lemak, protein, flavonoid, karbohidrat dan banyak lagi. Dengan nutrisi yang beragam ini, akar kelapa dapat dijadikan obat-obatan herbal untuk gangguan kesehatan seperti diare, gatal-gatal, wasir dan ambeien dan melancarkan peredaran darah. Ukuran akar kelapa yang kecil cocok untuk dijadikan kayu bakar. Bisa dijadikan kerajinan bernilai ekonomi seperti gelang dan kalung. Kekuatan dan ketahanan akar kelapa digunakan dalam pondasi bangunan atau bahan untuk pagar. Sebuah alternatif berkelanjutan di bidang konstruksi.

"Akar Kelapa"
Sumber : bams.jambiprov.go.id

Saat masih hidup, akar kelapa berperan mencegah banjir karena kemampuannya menyerap air dalam jumlah besar. Daya tahan akarnya yang kuat dapat mencegah abrasi dan mengatasi gelombang besar yang dapat mengancam keselamatan penduduk sekitar.

 

Wah, pohon kelapa keren sekali ya ternyata. Semoga dengan kampanye dan dukungan dari pemerintah tanaman asli khatulistiwa ini dapat kembali berjaya. Terima kasih sudah membaca.

Gambaran Dapur Makan Siang Sekolah Jepang dalam Dorama

Pernah dengar cerita kondisi Jepang pasca bom atom? Saat Negara sedang hancur-hancurnya, Kaisar Hirohito bertanya tentang jumlah guru yang masih hidup. Hal ini membuat bingung para jenderal. Banyak rakyat miskin, kelaparan dan tidak punya tempat tinggal karena perang. Kenapa malah mencari guru? Yes, karena sang kaisar paham bahwa untuk membangun peradaban harus dimulai dari pendidikan.

Mindset nomor 1 tentang pendidikan ini melingkupi semua lini termasuk soal makanan. Bagaimana Jepang menanamkan pendidikan melalui makanan kepada masyarakatnya? Salah satunya melalui gerakan makan siang di sekolah. Sistem ini ternyata dibangun sejak lama sekali lho. Nanti kita bahas diakhir ya.

Hubungan antara pendidikan dan makan siang disajikan dalam bentuk drama berjudul “Chef : Three Star Lunch School” atau judul aslinya “Chef – Mitsuboshi no Kyushoku”. Menonton dorama ini memberi aku gambaran dapur yang membuat makan siang sekolah di Jepang.

1. Sinopsis Cerita “Chef: Three Star Lunch School”

Dikisahkan Mitsuko Hoshino seorang chef profesional restoran Perancis di Ginza, Jepang. Dibawah komandonya, restoran ini mendapat gelar Bintang 3 Michelin. Tak heran karena Mitsuko sangat cinta memasak. Selalu bersemangat dan antusias membuat menu baru. Idealismenya pada makanan juga tinggi. Staf koki lainnya cukup kesulitan mengejar standarnya. Demikian juga dengan pemilik restoran yang sering menjadi repot dan kesal karena Mitsuko tidak bisa diatur. Owner restoran membuat insiden keracunan yang disebabkan penggantian bahan secara sepihak oleh Mitsuko. Tentu saja ini hanya settingan. Demikianlah karir dan nama Mitsuko hancur seketika. Dia kesulitan bangkit karena tidak ada restoran yang mau mempekerjakannya.

Mitsuko dalam sebuah talkshow televisi

Seorang produsen TV melihat kejadian ini sebagai peluang. Ia berencana membuat reality show menantang Mitsuko, untuk membuat menu makan siang sekolah yang enak dan disukai anak-anak. Saat itu –ceritanya- makan siang sekolah Jepang mengeluhkan anak-anak yang sering menyisakan makanan.

Mitsuko awalnya menolak, namun dengan ancaman dan diplomasi dari produser TV bahwa ini kesempatan bagus membersihkan namanya. “Masa chef bintang 3 tidak bisa membuat makan siang sekolah yang enak?!” pikirnya jumawa. Yosh! Challenge accepted!

Mitsuko menerima tantangan stasiun TV untuk bekerja di dapur sekolah


2. Peraturan dalam Dapur Makan Siang Sekolah

Mitsuko Mencicipi rasa menu makan siang sekolah

Hari pertama kerja, Mitsuko meminta diijinkan membuat makan siang sesuai bahan, menu dan resepnya. Sempat ditentang ahli gizi tapi tidak digubris. Dia merasa yakin sekali masakannya akan sukses. Idealisme koki bintang 3 pada proses memasak yang ternyata memakan waktu lama. Alhasil masakan terlambat disajikan sampai 1 jam! Lebih mengejutkan ternyata masakannya tidak disukai anak-anak.

Bukannya disukai, anak-anak justru tidak mau makan masakan Chef Mitsuko

Mitsuko pun diceramahi karena melanggar banyak peraturan makan siang. Menu tidak memperhatikan gizi, budget per porsi yang jauh melebihi anggaran dari 240 yen menjadi 3000 yen. Keterlambatan penyajian juga menjadi persoalan serius. Ahli gizi tersebut lalu menjelaskan bahwa gizi menu makan siang harus dihitung sesuai standar kebutuhan anak-anak.

Ahli gizi menentukan menu berdasarkan panduan kebutuhan gizi anak

Penjelasan aturan lain: makanan harus dibuat pada hari yang sama sehingga harus diperhatikan durasi memasak agar makanan tetap segar. Sebelum digunakan bahan makanan dicek kondisi kesegarannya. Di dapur ada area basah dan kering. Di area kering tidak boleh ada air sedikit pun agar tidak mengundang tumbuhnya bakteri.

3. Mencatat Anak yang Memiliki Alergi

Persoalan yang tidak bisa dianggap remeh dan diperhatikan adalah soal alergi. Anak yang alergi dicatat nama, kelas dan apa saja alerginya. Di drama ini ada episode chef Mitsuko yang berjuang memperlakukan setara anak yang alergi susu sapi dan mengganti bahannya dengan soya. Anak itu senang sekali bisa makan menu yang “tampak” sama dengan teman-temannya.

 4. Grafik Sisa Makanan

Menariknya setiap hari tim melakukan menimbangan sisa makanan. Pada hari pertama Mitsuko masuk dapur sekolah -yang dia merasa masakannya akan sangat disukai anak-anak- ternyata adalah hari dengan tingkat sisa makanan tertinggi.

Mitsuko pecahkan rekor makanan sisa

Dengan mencatat sisa makanan, sekolah mendapat informasi bahan apa yang paling tidak disukai anak-anak. Dalam drama ini mereka punya data 4 raja sisa makanan, yaitu jamur shitake, paprika hijau, daun bawang dan seledri. Tantangan lagi bagi chef dan tim untuk bisa menyulap bahan-bahan ini menjadi menu yang tidak lagi ditolak anak-anak.

Empat bahan raja makanan sisa
 

5. Sejarah Makan Siang Sekolah Jepang

Makan siang Jepang dimasak menggunakan bahan-bahan segar. Seluruh siswa makan bersama-sama di kelas dengan menu yang sama. Ini bukan makan siang biasa karena sistem ini merupakan kurikulum resmi untuk pendidikan pada pangan dan nutrisi (shokuiku), kerjasama, pelayanan dan membangun literasi pangan.

Anak-anak diberikan tanggung jawab untuk mengatur meja, membawa makanan dari dapur sekolah, menyajikan hingga membersihkan. Seluruh rangkaian kegiatan ini sebagai bentuk penghargaan pada makanan dan membangun kebiasaan makan yang sehat untuk jangka panjang. Banyak sekolah memiliki kebun untuk pembelajaran siswa mengenai siklus makanan mulai dari biji sampai tersaji diatas piring. Selain berasal dari kebun sekolah, bahan-bahan segar juga di supply dari pertanian setempat guna mendukung agrikultur lokal.

Sistem ini sudah dimulai pada akhir abad 19. Saat itu makan siang disediakan untuk anak-anak ekonomi lemah. Tahun 1954, mulai menjadi program nasional. Tahun 1970-an, ada perubahan menu yang awalnya berasal dari Negara luar seperti susu skim dan roti, diganti menjadi menu tradisional Jepang seperti sup, sayur-sayuran, ikan, daging, dan nasi. Tahun 2005, pemerintah mencanangkan program Shokuiku, yang membuat makan siang bukan sekedar makan bersama melainkan ada pendidikan tentang pangan dan nutrisi.

Tahun 2007, pemerintah mulai menempatkan ahli gizi dan pakar diet dan nutrisi di dapur-dapur pembuat menu makan siang sekolah. Hal ini memberikan dampak positif khususnya pada guru dan wali siswa bahwa jumlah anak-anak yang tidak sarapan menurun dan kualitas kesehatan meningkat.

Kunci keberhasilan sistem ini pada kebijakan dan dukungan pemerintah Jepang serta terintegrasi dengan kurikulum pendidikan. Mantap ya.

Terima kasih sudah membaca tulisanku untuk Tantangan Mamah Gajah Ngeblog.com bulan Maret tema makanan/ kuliner.

Tantangan Maret, Completed!

Ref:

https://Asianwiki.com/Chef:_Three_Star_School_Lunch
https://icdasustainability.org/case-study/national-school-lunch-program/
Youtube: Insider Food. “How A Japanese Megakitchen Prepares Thousands Of School Lunches Everyday | Big Batches”

Ulasan Buku Memahami (Bakat) Diri Dahulu, Memandu (Bakat) Anak Kemudian

        Anak-anak bertumbuh dengan cepat. Waktu masih balita rasanya rajin memantau perkembangan kemampuannya. Masuk Sekolah Dasar dan bertemu dengan teman-teman yang memberi pengaruh cukup besar. Seiring dia makin besar dan akupun semakin menua, sebagai IRT yang kebanyakan waktu dihabiskan rumah membuat diri ini jadi bertanya-tanya. Sekarang aku menikmati kesibukanku mengurus rumah, suami dan membersamai anak-anak. Namun aku sadar dalam beberapa tahun kedepan jika anak-anak sudah besar, aku harus kembali punya kegiatan yang produktif.

        Dulu sekali sepintas pernah membaca judul buku ini di sosial media. Memahami (bakat) Diri Dahulu, Memandu (bakat) Anak Kemudian (MDDMAK). Sepertinya aku butuh ini tapi tak kunjung dimiliki. Sampai suatu hari secara mengejutkan aku memenangkan give away. Hadiahnya memilih buku dari sponsor. Diantara beberapa judul buku tentu saja aku pilih buku yang sudah lama penasaran ini. Menambal informasi berharap dapat insight baru dalam proses membesarkan anak-anak. Aku berharap anak-anakku bisa optimal dengan potensinya. Namun sebelum itu, sebagai orang tua harus lebih dulu melakukannya. Memberi contoh dengan aksi, akan berdampak karena anak-anak bisa melihat. Orang tuanya bekerja, orang tuanya berkarya.

Cover Depan Buku MDDMAK oleh Andita A. Aryoko

        Buku ini ditulis oleh Andita A. Aryoko untuk menyemangati para orang tua, khususnya kaum ibu agar bisa lekas selesai dengan dirinya. Kemudian menemukan dan menjalankan misi spesifik dari-Nya dengan bahagia. Lalu berlanjut dengan tugas memandu bakat anak.

        Apakah anda sebagai orang tua ingin mengetahui bakat anak-anak? Kalau saya iya. Dan sepertinya banyak orang tua seperti itu. Alasannya ingin memberi stimulasi dan pendidikan yang tepat, mengoptimalkan potensi anak sejak dini, agar mereka tidak perlu galau berlama-lama mencari jati diri seperti yang dulu dirasakan orang tuanya. Tahukah anda bahwa 87% mahasiswa merasa salah jurusan? Menjalani masa-masa perkuliahan yang tidak sesuai panggilan itu rasanya seperti makan lupa minum, seret. Orang tua tidak ingin anak-anaknya mengalami hal serupa. Apalagi membayangkan tantangan anak-anak di masa depan akan lebih berat. Pintar saja tidak cukup kalau tidak ditunjang dengan banyak kemampuan dan keterampilan.

Kutipan Tentang Bakat Anak pada Kata Pengantar Penulis

        Bakat adalah potensi bawaan manusia berupa pikiran, perasaan, perilaku dan dapat dimanfaatkan untuk produktivitas. Potensi kekuatan ini perlu dikembangkan dengan menambah keterampilan (skill), pengetahuan (knowledge), dan sikap (attitude). Bakat tidak bisa terlihat hanya dengan membaca buku atau tes-tes bakat. Bakat akan terlihat jelas jika beraktivitas. 

Tentang Stunting yang Beneran Penting!

        Politik membuat orang jengah dan apatis. Tidak peduli siapapun yang jadi toh sama sama aja negara ini. Citra politik jadi demikian hina karena para pelaku didalamnya. Padahal politik itu hanya sebuah kendaraan. Arah mana menuju tergantung pengendara dan juga penumpangnya. Kok penumpangnya juga? Iya, supir bisa saja berjalan tersesat tapi kalau penumpangnya kritis bisa mencegah hal-hal buruk terjadi. Pernahkan ada kebijakan yang gagal dilaksanakan karena ada respon penolakan dari masyarakat?

        Ada artikel menarik. Tentang pemerintahan yang tidak memajukan pendidikan rakyatnya. Akses pendidikan sengaja dibuat sulit. Biaya sekolah melambung. Kurikulum yang menyusahkan. Kenapa? Karena masyarakat bodoh itu lebih mudah diperalat, gampang diadu-domba, malas, maunya instan, suka hiburan, tidak suka belajar. Kalau bisa dapat uang tunai kenapa harus capek-capek kerja? Atau kalau kerja mau yang mudah, gajinya besar, bergengsi pula. Membaca artikel itu membuatku ngeri. Jangan sampai negeri ini punya pemimpin seperti itu.

        Tiba-tiba nulis tentang politik. Sebenarnya bukan tidak tertarik, hanya biasanya cuma ada di pikiran saja. Februari 2024 tanggal 14 ini, akan ada pesta demokrasi pemilihan langsung kepala daerah, juga Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia 2024-2029. Sesuai momennya, "Tantangan Mamah Gajah Ngeblog" men-challenge para member-nya menulis tentang “Harapan untuk Pemimpin Indonesia”. Agak susah karena banyak rambu-rambunya haha. Salah satunya tidak boleh menunjukkan keberpihakan pada salah satu paslon. Betul-betul menantang buatku nih.

1st Challange Complete, Yes!

        Mau cerita sedikit tentang kisahku sebagai ibu. Memiliki anak pertama. Mindset saat itu hanya seputar pengasuhan. Sudah terbayang dan saling sepakat dengan pasangan, kami akan mendidik anak begini dan begitu. Lakukan ini. Jangan lakukan itu. Tidak memberi anak screen time sebelum 2 tahun. Beli mainan yang mendukung daya berpikir anak, bukan hanya lucu atau bersuara dan berlampu-lampu. Membacakan buku setiap hari. Melibatkannya dalam aktivitas sehari-hari. Membuat ia mendiri. Hal-hal seperti itu. Apakah berjalan sesuai rencana? Alhamdulillah iya. Perkembangan motorik dan bahasanya terlihat tidak ada masalah. Menurut kami dia pintar, fokusnya bagus dan cepat menangkap sesuatu. Hal yang patut disyukuri tentu.

       Namun dibalik itu kami menyadari ada hal yang luput kami perhatikan. Soal status gizi dan pertumbuhannya. Terlalu banyak pikiran saat hamil membuat aku terlambat tahu detil tentang bagaimana ibu hamil dan apa yang harus diperhatikan bayi baru. Hanya informasi umum bahwa ibu harus sehat dan tidak boleh makan sembarangan, rutin kontrol kandungan, minum suplemen, berusaha bersalin normal dan memberi ASI pada bayi. Tetapi aku kurang mengerti mengapa kenaikan BB ibu itu penting, kenapa harus minum air putih lebih banyak. Aku tidak punya buku pink KMS yang ternyata didalamnya sudah terangkum banyak informasi. Nasib anak rantau yang baru pindah tempat tinggal.

        Kurangnya ilmu dan pengetahuan ini membuat kami terkejut saat aku dinyatakan hipertensi dan harus induksi untuk segera melahirkan. Linglung. Keputusan cepat dibuat. Persiapan melahirkan sangat singkat. Beberapa jam kemudian bayi perempuan mungil lahir. Aku belum bisa langsung bertemu. Bayi harus diobservasi dulu. Sekitar 12 jam, aku dan dia bertemu pertama kali. Langsung mencoba IMD. Alhamdulillah bisa ASI eksklusif 6 bulan. Itu kabar bagus. Sayangnya aku tidak plot BB di KMS yang seharusnya aku berusaha keras untuk boosting BB-nya yang kurang agar bisa ke titik pertumbuhan rata-rata. Dan pertumbuhan tercepat itu di 3 – 6 bulan. And I lost that moment. Karena aku gagal paham.

         Lalu kemudian santer program pencegahan stunting. Di TV ada iklan obat cacing. Cacingan dapat menyebabkan stunting. Ya, dan itu bukan satu-satunya. Meskipun aku tidak tahu anakku ini stunting apa tidak, tapi dia pernah divonis gagal tumbuh oleh dokter anak. Dari perawakan dia pendek. Orang-orang bilang kecil seperti ibunya. Ha-ha-.

         Belakangan aku baru mengamati penyebab pertumbuhan anakku terhambat setidaknya ada beberapa faktor diantaranya kenaikan berat badan ibu saat hamil tidak rendah, ibu hamil mengalami hipertensi, BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah), diare, infeksi bakteri, dan beberapa penyebab lain terkait kebersihan udara dan lingkungan. Mohon maaf aku tidak bisa menyebutkan secara detil. Dari masalah yang dialami anakku, masih bisa dikejar kalau segera ditangani. Sayangnya aku baru melakukan pemeriksaan saat usianya sudah 18 bulan. Setelah pengobatan berangsur naik berat badan dan bertambah tingginya, walau tetap lebih pendek dari anak seusianya.

Cover Feed IG theAsianparent : "Kebijakan Capres tentang Stunting"

        Kenapa isu stunting ini penting? Persoalannya bukan soal pendek dan tidak. Atau sulit bersaing dengan tenaga kerja asing yang fisiknya lebih baik. Lebih serius, anak stunting itu kecerdasannya kurang. Daya tahan tubuhnya juga tidak begitu bagus, mudah sakit. Dalam kehidupan sehari-hari orang pendek itu daya jangkaunya juga pendek. Selain itu biasanya juga kurus. Lemah, mudah capek. Akan sulit dalam pelajaran dan pekerjaan. Bayangkan lebih jauh ke masa depan generasi selanjutnya.

        Flash back ke masa-masa menikah lalu hamil. Bisa dibilang kondisi keuangan termasuk rumah tangga perjuangan. Waktu hamil sering khawatir soal finansial. Untuk makan dipikirkan betul mau masak apa, maklum anggaran belanja terbatas. Kehamilan semakin besar tenaga untuk mengerjakan perkerjaan rumah tangga termasuk masak mulai terbatas. Kalau sudah begitu beli makan diluar ya mampunya beli kaki lima. Alhasil pernah diare saat hamil dan harus minum oralit. Berat badan saat hamil juga hanya naik 10-an kg. Dokter Obgyn berkali-kali menasehati makan sedikit tapi sering, hal yang susah kulakukan saat itu. Kan harus irit.

         Sekarang anaknya sudah masuk SD. Termasuk anak yang pendek di kelas. Kendala pertama di seragam sekolah, harus permak dipendekkan sedikit padahal sudah ukuran kecil. Di pelajaran olahraga, dia kalah saing saat lari. Field trip yang biasanya anak-anak suka, tapi dia gak mau ikut. Gampang capek, pernah juga malah jadi sakit. Porsi makannya juga sedikit.

         Aku mengalami masalah di anak yang stunted. Dokter anak bilang usahakan berat badan anak naik, dengan begitu harapannya tinggi anak juga bertambah. Itu saja sudah pusing. Menaikkan berat di usia anak sudah sekolah itu tantangannya banyak. Waktu untuk memberi anak asupan berkurang karena dia sekolah fullday. Terkadang jadi sakit tertular teman-temannya di sekolah. Belum lagi anak-anak yang suka minta jajan. Jajanan sekarang kandungannya banyak yang mengkhawatirkan. Cobalah tengok jajanan murah anak-anak di pedangan asongan atau warung dekat rumah. Laris manis karena ibu-ibu kebanyakan duidnya cukupnya beli jajan itu.

         Persoalan stunting ini kompleks. Ibu-ibu doang akan kesulitan, butuh dukungan pemerintah yang bisa bertindak dengan membuat kebijakan yang komprehensif. Pas banget momen pemilu, aku menyoroti program capres terkait hal ini. Aku setuju banget dengan pendapat ahli gizi, dokter Tan Shot Yen, salah satu aspek penting persoalan stunting adalah ketahanan pangan. Bukan hanya soal ketersediaan stok, juga mengkampanyekan pangan lokal. Juga regenerasi kader-kader posyandu sebagai garda depan yang bertemu langsung dengan ibu dan anak. Keberadaan posyandu kurasakan punya peran yang besar bisa mengedukasi masyarakat tentang kesehatan ibu dan anak. Mengadakan pengukuran dan penimpangan bayi dan balita. Serta menjalankan PMT (Pemberian Makanan Tambahan) olahan bahan lokal yang real food, bukan dengan memberikan makanan instan atau jajan pabrikan yang minim gizi.

        Dari Ketua Umum IDAI, Piprim Basarah Yanuarso, mengatakan fokus persoalan stunting di 1000 HPK. Maksimal hingga 5 tahun anak harus mendapat asupan protein hewani yang cukup. Negara kita kaya akan sumber protein hewani seperti ikan, telur, unggas. Susu hanya sebagai tambahan, bukan menu utama. Tugas pemerintah juga memastikan harga bahan pokok yang terjangkau. Bagaimana anggota keluarga bisa cukup gizi kalau ibu tidak bisa membeli bahan makanan akibat harga yang terus naik, tidak sebanding dengan pendapatan.

     Aspek lainnya berhubungan dengan kesehatan. Sanitasi dan ketersediaan air bersih masih jadi privilege tampaknya di negeri ini. Kalau kalian tinggal di kota besar dalam perumahan yang sistem airnya dikelola swasta mungkin tidak merasakannya. Untuk warga di rumah-rumah dempet, PDAM yang dikelola Negara itu entah bagaimana sering matinya. Lalu persoalan lingkungan terkait kualitas udara. Sumber polutan yang dihadapi semakin berat dan beragam dari  asap kendaraan, asap pabrik, pembakaran sampah juga asap rokok. Sanitasi dan kualitas udara yang buruk berdampak pada kesehatan anak-anak. Kalau anak sering sakit akan mengganggu pertumbuhannya. Aku ngarep banget pemimpin yang bisa tegas persoalan lingkungan ini. Apakah ada? Harusnya sih ada ya.

Cover Feed IG @cisdi.id Membahas Gagasan Ketiga Capres tentang Stunting
      

        Mengenai masalah ini, Bagiku memilih pemimpin masa kini, haruslah seseorang yang paham strategi dan cerdik. Aku pribadi mendambakan pemimpin yang mampu melihat satu masalah, membahasnya secara mendalam, mencari sumber masalah terkait lalu berdiskusi dengan para ahli agar mendapat solusi yang tepat. Yah, politik mungkin membuat kita jengah. Tapi kalau disuruh memilih ya aku akan pilih. Tidak golput. Meskipun tampaknya satu suara seperti tidak ngaruh, setidaknya aku sudah memilih. Memilih dengan alasan, bukan karena ikut-ikutan. Memilih juga bukan sekedar memikirkan nasib kita, tapi juga untuk seluruh masyarakat. Jadi saat kita dihadapkan pada pilihan-pilihan yang menurut kita buruk semua. Pilih yang less evil than worst. Memilih sambil didoakan. Ya, karena orang bisa berubah. Tentu saja harapan kita berubahnya ke arah yang baik.

Media Pemersatu Eyang, Anak, Mantu dan Cucu

         Suami dan aku sama-sama berasal dari orang tua yang memiliki empat anak. Formasi jenis kelamin berkebalikan. Aku 3 bersaudari dengan 1 saudara, suami 3 bersaudara dengan 1 saudari. Dalam tulisan ini aku mau cerita dari keluarga besar suami. Suami anak kedua, otomatis punya kakak satu dan dua adik. Anak pertama, kakak iparku, adalah yang pertama menikah. Empat tahun kemudian suami, dan aku sebagai istrinya hehe. Saat kami menikah kakak ipar sudah punya dua (2) orang anak. Setahun kemudian suami melalui aku, kami dikaruniai satu (1) orang anak. Lalu anak ketiga (adik ipar), anak perempuan satu-satunya menikah dan punya satu (1) orang anak. Beberapa bulan sebelum adik ipar lahiran, istri kakak ipar melahirkan juga jadi bertambah satu (1) orang lagi anaknya. Hanya dalam beberapa tahun jumlah anggota keluarga bertambah banyak. Ya, kedua mertuaku dengan segera menjadi eyang-eyang dengan lima (5) orang cucu.

 Setelah berkeluarga, hal biasa anak sudah tidak tinggal serumah lagi dengan orang tua. Kakak iparku tinggal di Tangerang, sedangkan suami dan aku memilih tinggal di Bandung. Keluarga anak ketiga tinggal bersama orang tua alias mertuaku. Anak keempat masih bujang, belum menikah, jadi masih tinggal dengan orang tua juga. Aku dan suami posisinya menjadi anak dengan rumah terjauh, maka kalau kami sedang mudik ke rumah orang tua menjadi momen untuk bisa kumpul bersama. Full team keempat bersaudara itu.

 Bagi kita orang-orang dewasa ini, kumpul keluarga itu hal yang menyenangkan dan dinanti-nanti. Untuk melepas rindu sekaligus rehat sejenak dari rutininas harian yang padat. Itu dari sisi orang dewasa, bagaimana kalau anak-anak? Apakah mereka suka acara kumpul-kumpul seperti ini? Agaknya jaman sekarang berbeda ya dengan kita kecil dulu. Aku masih ingat perasaan semangat kalau mau pergi ke tempat sepupu. Betah lama-lama karena seru main bersama. Kalau sekarang ada gadget diantara mereka. Itulah tantangannya.

 Aku sering mendapati Akung yang terlihat berusaha untuk mengajak main, bercanda untuk mendekati cucu-cucunya. Anak-anak tampak kurang tertarik. Main HP atau menonton TV lebih mereka sukai. Anakku saat itu usianya masih 4 tahunan ikut jadi bosan karena tidak ada teman main. Paling jadinya main sendiri dengan mainan yang ada. Sedih sih kalau melihat hubungan sepupu yang tidak akrab. Bagaimana ini ya?

 Sampai suatu hari, kakak ipar membawa mainan sederhana yang biasa dimainkan sama anak-anaknya. Mainan ini lebih seru kalau dimainkan banyak orang. Yes, itulah Uno! Aturan bermainnya cukup sederhana, Akung gampang mengerti. Sekali dicoba oleh sedikit orang, lumayan bikin heboh bersorak. Utri yang tadinya cuma jadi penonton, penasaran dan tertarik ikutan main. Semakin banyak yang main, semakin seru dan ramai! Anakku yang belum mengerti hanya bisa ikut mengamati orang bermain sambil duduk di pangkuan Papanya.


 Warna-warna tegas kartu Uno membuat anakku tertarik sekali. Semakin antusias ketika dia ditanya dan bisa menyebutkan angka dan warna kartunya. Yes, kartu Uno berguna juga jadi media belajar anak. Kalau kartunya tidak sedang dimainkan, dia akan main sendiri. Dikelompokkannya berdasarkan warna atau sesuai dengan gambarnya. Dia jadi semakin hapal angka-angka. Selesai dengan angka dan warna, rupanya anak ini penasaran dengan gambar atau simbol lain yang ada di kartu. Kita akan bahas tapi sebelumnya aku akan jelaskan singkat cara bermainnya. Tulisan ini ikut serta dalam tantangan Mamah Gajah Ngeblog (MGN) bulan November 2023.


 UNO dapat dimainkan oleh 2 sampai 10 pemain. Standarnya setiap pemain mendapat 7 kartu. Sisa kartu yang tidak habis dibagian diletakkan di tengah-tengah pemain dalam keadaan terbalik (tertutup). Tumpukan kartu ini akan menjadi cangkulan yang akan diambil oleh pemain yang tidak memiliki kartu sesuai yang diminta. Berbeda dengan permainan cangkul pada kartu remi yang kartu diambil terus sampai dapat, pada UNO kartu hanya diambil satu. Kalau kartu yang dicangkul belum cocok, pemain itu hanya ketambahan satu kartu, namun kehilangan kesempatan untuk mengurangi jumlah kartunya. Untuk bermain, ambil 1 kartu dari tumpukan dan letakkan dengan kartu menghadap atas. Warna dan gambar pada kartu tersebut akan menjadi acuan memulai permainan.

Sumber Gambar : Liputan6.com

 Selanjutnya tentang simbol-simbol dalam kartu diantaranya terdiri dari kartu angka, +2, +4, bentuk oval 4 warna (kartu wild), gambar dua panah berseberangan (kartu reverse), dan tanda lingkaran dicoret (kartu skip). Berikut penjelasan tentang arti dan fungsi dari simbol-simbol pada kartu UNO: 

1.    Kartu Angka. Sesuai namanya gambarnya berupa angka 1 sampai 9. Ada 0 juga tapi pada kartu yang kami mainkan tidak ada. Kartu ini ada 4 macam warna yaitu merah, kuning, hijau, dan biru. Setiap angka memiliki 2 kartu dengan warna yang sama.

2.     Kartu +2. Dapat digunakan untuk menjebak pemain selanjutnya, dia harus mengambil 2 kartu dari cangkulan. Namun strategi ini tidak berhasil kalau ternyata pemain itu juga punya kartu + yang sama. Dia bisa mengeluarkan kartu yang sama, lalu itu akan menjadi akumulasi bagi pemain selanjutnya lagi. Demikian seterusnya jika pemain lain juga memilikinya. Sampai ke pemain selanjutnya jika tidak punya + maka dia harus mencangkul sebanyak jumlah kartu +. Ini salah satu bagian yang seru kalau bermain dengan banyak orang.

3.      Kartu +4. Sama seperti kartu +2. Jumlah cangkulan lebih banyak sesuai angkanya yaitu 4 kartu. Salah satu strategi jitu untuk menambah jumlah kartu lawan dan mencegahnya menang.

4.      Kartu Reverse atau Putar Balik. Jika ingin menggunakan kartu ini harus menyesuaikan dengan kartu sebelumnya, bisa sama warna atau sama simbol. Dengan digunakannya kartu ini arah putaran permainan akan berlawanan. Kanan ke kiri menjadi kiri ke kanan. Jika hanya main berdua, si pemilik kartu akan jalan lagi.

5.       Kartu Skip. Kartu ini juga harus menyesuaikan dengan kartu sebelumnya, bisa sama warna atau sama simbol. Kartu ini akan memberhentikan pemain selanjutnya sesuai jumlah kartu skip yang dikeluarkan. Kalau 1 kartu skip berarti satu orang dilewati, kalau 2 kartu berarti lewat dua orang demikian seterusnya. Jika hanya main berdua, si pemilik kartu akan jalan lagi.

6.      Kartu Wild. Kartu dengan gambar bentuk oval dengan 4 warna ini istimewa karena bisa dikeluarkan kapan saja, untuk warna dan simbol apa saja. Pemain yang menggunakan kartu ini bebas menentukan kartu apa yang harus dikeluarkan pemain setelahnya.

 

Setiap kali bermain UNO ada saja aturan yang berbeda. Beda lawan main, ada saja aturan yang berubah. Sampai aku tidak paham bagaimana aturan sebenarnya. Tidak masalah bagaimanapun peraturannya asalkan sudah diberi tahu sebelum permainan dimulai. Disepakati sejak awal. Istilahnya bebas modifikasi aturan, jadi bisa ramah anak. Aturan bisa dijadikan sederhana untuk menyesuaikan dengan kemampuan anak. Jadi anak bisa menang juga walaupun bermain bersama orang dewasa. Sebenarnya ada sistem pengumpulan poin yang dihitung dari sisa kartu pemain lawan. Kami tidak pernah melakukannya, selain tidak telaten biasanya pemain silih berganti.

Oke, setelah mengajarkan anak cara bermain UNO meski tidak terlalu yakin dia mengerti atau tidak. Maka mari praktik, kami coba mainkan dengan aturan paling sederhana. Siapa yang kartunya habis lebih dulu maka dialah pemenangnya. Sekali mengambil kartu hanya boleh satu. Kalau kartu kita sisa satu, harus mengatakan “UNO” kalau tidak mau di dor pemain lain dan kamu akan kena denda menambah satu kartu dari tumpukan. Strategi sederhana juga diajarkan, bagaimana agar kartu lawan kita tidak cepat habis dengan memanfaatkan kartu-kartu bonus kalau kita punya. Surprise, walaupun masih gagap tapi secara umum dia paham aturannya. Wah, ini sih persoalan jam terbang aja. Kalau sering main, bisa jadi jago.

Sudah tahu aturan main, saatnya menguji. Pertama kalinya dia ikut turnamen Uno skala keluarga wkwk. Masih didampingi dan bisik-bisik Papanda. Dengan bergabungnya anak 4 tahun ini, jadi makin seru. Biasa yang pemula ini jadi sasaran empuk untuk dikalahkan. Harusnya, tapi ini engga. Mbah atau omnya sengaja ngasi kartu aman kalau duduk di sebelah anak-anak. Tidak tega kalau anak kecil cepat kalah. Haha. Kalau sudah main Uno rumah jadi ramai. Bersorak dan tertawa. Aku juga suka lihatnya. Mbah, anak, mantu, cucu bisa membaur dengan mainan ini. Dan entah sejak kapan Uno menjadi barang wajib kalau kumpul-kumpul keluarga. Pernah kita staycation ke Taman Safari, lupa bawa Uno. Bela-belain cari toko yang jualan. Dapatnya UNO Express, yang sederhana. Tidak apa daripada tidak ada. Sudah pada tidak sabar untuk turnamen lagi.


 Uno seperti menjadi saksi perjalanan tumbuhnya anak-anak. Mereka bisa lupa dengan gadget dan semangat bermain Uno. Ada pelajaran lain untuk anak-anak. Bagaimana merayakan kemenangan tanpa mengejek yang kalah, dan bagaimana menyikapi kekalahan dengan tidak sedih berlebihan.


 UNO menjadi kartu andalan keluarga, pemersatu semua. Namun dibalik itu, perekat sesungguhnya adalah orang tua. Selagi mereka masih ada, rumahnya adalah tempat paling ideal bagi anak cucu berkumpul.

 

 

Referensi:

https://www.liputan6.com/hot/read/4927664/cara-bermain-uno-dan-aturannya-yang-benar-pahami-fungsi-kartu?page=4

Perjuangan Menerima Diri Sendiri

Kata-kata sangat powerfull. Dia bisa membuat orang bersemangat, sebaliknya bisa membuat orang terluka bahkan secara ekstrim menjadi trauma. Belasan tahun setelah denial akan kondisi diri, merasa tidak apa-apa, tidak pantas atau malu bercerita ke siapa-siapa sehingga membuat aku jadi orang yang tetutup. Satu hal yg membuatku bersyukur ternyata itu membuatku hanya punya satu tempat curhat yaitu kepada Tuhanku, Allah SWT. Aku yang pemalu ini memberanikan diri menulis hal yang aku merasa tabu. Bagiku ini seperti menantang diri untuk berani, semoga cukup layak memenuhi kriteria Tantangan MGN bulan September 2023 tentang Pengalaman Menghadapi Tantangan Terbesar dalam Hidup

Julukan masa kecil

Namanya anak kecil, hal biasa kalau lucu lalu mendapat sebutan-sebutan yang juga bikin gemas. Aku juga ada. Disingkat 3E alias “Esek, Elek, Endek”. Kalau disebut begitu semua orang akan tertawa ya termasuk aku. Tiga kata dari bahasa Jawa itu bermakna pesek (hidung yang tidak mancung), elek (jelek), dan pendek (terkait tinggi badan). Ah luar biasa memang. Julukan itu teringat terus sampai aku besar. Dan semakin banyak pengalaman dan semakin mengerti artinya membuat aku tidak menyukai diriku.

Aku tidak tau kenapa dilabel pesek. Memang aku tidak mancung jika maksudnya seperti orang bule Eropa, tapi akupun tidak pesek. Biasa saja. Aku tidak cantik, jika mengambil standar kecantikan pada umumnya. Mungkin itu sebab aku dilabel elek. Untuk endek jelas karena aku pendek. Betul-betul kecil sampai rok sekolah size terkecil, menjadi rok panjang jika kupakai.

Adik yang Cantik

Memiliki saudara yang elok harusnya membuat senang atau bangga. Sepertinya aku berusaha seperti itu. Jarak usia kami 3 tahun tapi karena aku kecil jadi orang suka mengira aku adiknya, dan adikku adalah kakaknya. Awal-awal dibilang seperti itu aku baper berat. Lama-lama kebal. Mau bagaimana lagi kami sering sekali bersama. Terlepas dari omongan orang, hubunganku dengan adik sangat dekat. Adikku orangnya baik dan –sayangnya- lugu, karena itulah walau aku sering dibanding-bandingkan dengannya aku tidak bisa membencinya. Aku memendam semua perasaan itu sendiri.

Ucapan orang-orang membuatku minder

Diantara ketiga label yang kusebutkan diatas, label elek yang paling sering kudengar. Karena ternyata aku mendapat kata-kata serupa cukup banyak dari orang lain. Sayangnya ternyata aku baper sampai minder dibuatnya. Potensi yang aku punya, ikut terkubur bersama rasa tidak percaya diri. Jalan dengan kepala dan bahu menunduk. Komentar lagi-lagi datang soal itu. Bukan dari orang lain melainkan keluarga sendiri. Belum lagi diskriminasi atas sikap orang-orang kepada si cantik dan yang tidak.


Mirip Ibu

Namanya anak ya wajar mirip dengan orang tuanya. Itulah aku. Semakin besar, semakin mirip dengan Ibu. Baik postur tubuh, wajah hingga tinggi badan. Sampai-sampai aku punya tekad harus lebih tinggi dari Ibu. Dan ternyata berhasil. Aku beberapa cm lebih tinggi darinya.

Berbeda dengan adik, hubunganku dengan Ibu kurang harmonis. Aku pernah didiamkan beliau selama 3 hari. Saat itu aku masih SMP. Sebabnya aku tidak menjawab ketika disuruh belanja ke warung. Aku ingin menolak tapi masa alasannya malu? Bisa jadi anak durhaka, maka aku memilih diam. Itu pikiranku saat itu. Ternyata bernasib dicuekin sama Ibu. Istilah sekarang silent treatment, sebuah bentuk komunikasi tidak sehat.


Masa-masa Kuliah

Walau sempat nganggur setahun setelah lulus SMA, aku bersyukur diterima di kampus gajah. Memulai hidup baru di kota yang baru, aku merasa merdeka. Ibu Bapak bangga anaknya masuk ITB. Siapa yang sangka aku yang minim prestasi ini. Persoalan masuk beda ya dengan perjuangan untuk keluar ITB haha. Seorang diri di perantauan dan harus beradaptasi dengan lingkungan, bahasa dan makanan yang baru ternyata menjadi tahun-tahun yang cukup berat untukku. Homesick hingga sick beneran selama setahun TPB. Sulit karena aku tidak bisa ikut kegiatan kaderisasi KMSR (Keluarga Mahasiswa Seni Rupa) yang prosesnya selama 1 tahun dan biasanya sampai larut malam. Sungguh setahun yang emosional.

Begitulah aku sampai di tahun ketiga mulai terbiasa dan menikmati Kota Bandung. Di tahun inilah, adikku menyusul ke Bandung. Alhamdulillah dia diterima Kedokteran Gigi UNPAD. Kuliahnya bukan di UNPAD Bandung, tapi di Jatinangor. Beda kota tapi jarak kami dekat, mudah dan murah bisa naik Bus Damri. Cukup sering juga kami saling berkunjung, agar Ibu Bapak juga tidak terlalu khawatir anak-anak gadisnya jauh di rantau.

"Me and My Little Sister"

Selesai studi di Jatinangor, adik pindah ke Bandung untuk menjalani masa koas di RSGM (Rumah Sakit Gigi dan Mulut) UNPAD Bandung. Kami tinggal satu kosan, beda kamar. Karena sudah satu kota kami kembali sering bepergian dan aktivitas bersama. Tak jarang dia main ke ITB lalu bertemu dan aku kenalkan dengan teman-teman satu Program Studi. Biasanya kami bertemu di sekitar Masjid Salman. Sejujurnya ada rasa insecure kalau dibanding-bandingkan lagi. Ya ada aja sih tapi ya dianggap bercanda sajalah. Ha- ha-

Kupikir semua sudah damai ya. Sampai suatu kepanitiaan non kampus. Seorang bapak muda mempertanyakan bahkan heran apakah aku dan adikku benar-benar saudara? Dengan berlagak bercanda aku beranikan diri tanya alasan, dia tidak menjawab dengan jelas. Aku mengerti arah pembicaraannya. Sampai bertanya-tanya apa aku seburuk itu ya?

Di kesempatan lainnya, aku kembali harus berurusan dengan bapak itu. Biasanya aku orang yang suka bercanda tapi sejak obrolan kecil itu aku jadi menghindar bicara dengan si bapak. Allah seperti ingin menghiburku, Dia menunjukkan kepadaku bahwa masalah bukan ada padaku. Si Bapak itu ternyata matanya suka “travelling”. Kalau melihat perempuan maka fisik adalah hal yang diperhatikannya.

Lebih Baik Fokus dengan Value Diri, Yes

Menuju Pernikahan

Bagian mendebarkan juga ini. Di satu sisi bersyukur pernah kenal dan berteman dengan lelaki yang dia merasa cocok denganku, lalu mantap saja langsung ingin melamar. Setelah menikah barulah aku tahu ceritanya, perjuangan dia mengenalkanku sampai mendapat restu. Kami tidak pacaran, kenal juga karena pernah satu organisasi. Hal yang baru di keluarganya, sehingga wajar kalau kedua orang tuanya merasa ragu. Apalagi ini perempuan jauh asal Kalimantan. Syukurnya kakanda teguh dan bisa meyakinkan. Setelah oke dari keluarganya, dia menelpon orang tuaku meminta ijin. Ini menjadi berita yang menggemparkan di keluargaku. Siapa sangka aku yang tidak pernah mengenalkan pacar ke bapak, tiba-tiba ada yang menelpon mau menikahi putrinya. Rasanya juga senang banget bisa memberikan kabar bahagia ke Ibu Bapak.

Proses selanjutnya adalah berkenalan dengan orang tuanya. Kami semua posisi di Bandung, sedangkan rumahnya di Tangerang Selatan. Maka rencananya kami akan pergi naik travel bertiga, aku ditemani oleh adikku. Kebayang kan bagaimana gugupnya mau ketemu calon mertua. Overthinking tak terhindarkan. Terutama bagian, bagaimana kalau beliau berharap punya menantu cantik? Jelas aku hanya bisa tersenyum. Malamnya aku menelpon orang tua meminta doa dan kelancaran. Salah satu pertanyaan dari seberang telepon, “Nanti engga salah orang kan ya, dikira adek calonnya.” Ditanya seperti itu aku yang gugup gembira berubah menjadi sedih down seketika. Terdiam berganti jadi air mata. Aku kehilangan kata-kata. Lalu menjawab pendek-pendek, salam, tutup telepon. Ah, mungkin bercanda. Aku terlalu baper saja.

"Hidup adalah Tantangan"
 

Syukur Adalah Kunci

Alhamdulillah, Allah pertemukan dengan pasangan hidup ajaib seperti bisa membaca perasaanku. Dialah orang pertama yang aku berani cerita tentang diriku. Pelan-pelan aku belajar mencintai diri-sendiri. Sekarang kalau ada yang bilang aku mirip Ibu, aku akan jawab “Ya kan Anaknya Ibu!”. No Baper detected. Hehe