Rasanya hampir disetiap rumah dengan anak-anak ada mainan kecil bernama lego. Seperti kita tahu, Lego merupakan nama merek. Namun sulit menemukan padanan kata lain yang mudah untuk menyebutkannya. Bertanya ke chatGPT dapatlah jawaban "konstuksi modular", "mainan rakitan konstuksi" atau lebih mudahnya "mainan bongkar pasang". Haha terdengar tidak praktis. Menelusuri Wikipedia, lego adalah permainan bongkah plastik kecil. Merujuk dari kata dalam bahasa Denmark leg godt yang berarti "bermain dengan baik". Oleh grup perusahaan, kata "Lego" sendiri secara bebas diartikan "Saya menyusun" atau "Saya merangkai". Jadi mari sederhana saja kita sebut lego.
Lego Masa Kecil
Sebelum pindah ke Balikpapan, kami sempatkan singgah lama di tempat orang tua -mertuaku-. Sudah punya banyak cucu dan masih kecil-kecil, mertua sengaja menyediakan area khusus main dengan dua boks mainan. Isinya campur-campur beragam mainan tidak besar. Diantaranya ada lego-lego mainan jaman suami dan saudara-saudaranya saat kecil dulu. Wah, usianya mungkin sudah 25 tahun atau bahkan lebih. Jumlah, warna, dan bentuknya teracak-acak. Wajar pula tidak lengkap. Kemungkinan besar tercecer saat pindahan rumah atau terikut sapu? Hiks.
Lego ini mainan lintas usia. Bisa jadi jembatan yang mempererat hubungan orang tua dan anak saat main bersama. Hana sedang asik menyusun potongan-potongan bata plastik ini menyerupai ruangan. Ayahnya ikut-ikutan membuat ruangan demi ruangan. Begitu selesai, Ayah memamerkannya kepada Hana. Hana terpukau dengan karya ayahnya. Semakin antusias begitu tahu ayahnya membuat denah interior calon rumah yang akan kami tempati. Hana menebak-nebak ini ruangan apa, itu ruangan apa.
Kreasi Denah dari Lego |
Meski tidak ada latar pendidikan desain, namun tidak sulit bagi suami membuat denah mendekati perbandingan aslinya. Sebelumnya kami sudah mencari tahu ukuran-ukuran ruangan di calon hunian baru. Bagi kami ini penting karena rumah yang akan kami tempati bisa dikatakan minimalis. Bukan style tapi mini dalam arti sebenarnya. Rumah yang kami tempati sebelumnya di Bandung lebih luas, dua lantai. Rumah lebih luas biasanya lebih banyak barang. Kami akan pindah ke rumah yang lebih kecil sehingga kami harus mensortir hanya membawa barang-barang penting.
Hobi Pindahan
Pindah rumah bagi kami seperti hal biasa. Di usia pernikahan yang baru 3 tahun, kami sudah ganti kontrakan 5 kali. Meski masih dalam 1 kota dengan radius kurang dari 5 kilometer, bahkan ada yang cuma selisih 2 rumah. Keseruan ini mulai terasa melelahkan setelah kelahiran anak pertama. Rempong ya sudah ada bayi. Kontrakan terakhir paling lama ditempati, 3 tahun.
Memikirkan Hana yang sebentar lagi masuk TK dan rencana karir suami kedepan, kami pindah lagi untuk keenam kalinya. Kali ini lebih serius dan jauh lebih jauh. Dari Pulau Jawa bagian paling barat ke Kalimantan bagian paling timur. Berbekal pengalaman pindah berkali-kali itulah membuat kami harus merancang agar seefisien mungkin. Mulai dari barang yang prioritas untuk dibawa, yang tidak diperlukan lagi bisa dibuang atau dihibahkan. Sebagian barang yang masih layak dijual secondhand. Disinilah beruntungnya menjadi alumni Mamah Gajah, terfasilitasi subgrup ITB Motherhood khusus jual beli.
Pertimbangan lainnya dalam menentukan barang apa yang akan dibawa adalah dari segi ekonomis. Lebih murah dikirim kargo atau beli baru di tujuan? Kulkas, mesin cuci, 3 lembari plastik, kasur busa, kasur lipat, rak buku kayu, meja main Hana dan meja kayu Balubur disiapkan untuk masuk kargo. Perangkat elektronik lain seperti TV, rice cooker, dan seterika tidak termasuk. Adik pernah punya pengalaman mengirim elektronik kecil via kargo, begitu sampai rusak dan tidak bisa dipakai. Jadi seperti kirim barang untuk dibuang. Untuk elektronik dan barang-barang besar ringan memang ada catatan khusus jika dikirim lewat ekspedisi. Seperti harus dikemas dengan kayu atau berat dihitung dengan satuan volume. Barang elektronik kecil akan kami bawa dalam bagasi pesawat menuju Balikpapan. Bila over baggage sudah menjadi pertimbangan, biaya lebih murah daripada harus beli televisi baru.
"Pindahan itu Seru" |
Selanjutnya tentang memindahkan kendaraan roda dua. Apakah akan dikirim langsung dari Bandung lewat Tanjung Priok ke Balikpapan atau bagaimana? Diawal tulisan ini aku sebutkan bahwa sebelum ke Balikpapan, kami mampir ke rumah orang tua di Tangsel sekitar dua bulan. Ini menjadi mudik terlama karena setelah pindah kemungkinan kami akan jarang pulang. Mungkin hanya 1 kali dari yang biasanya bisa 3-4 kali setahun. Kenapa oh tiket domestik tidak bisa lebih murah?
Kembali ke persoalan angkut motor. Dengan pertimbangan akan singgah lama di Tangsel, adanya motor akan sangat berguna. Meskipun bisa pinjam tapi lebih nyaman pakai kendaraan milik sendiri. Sewa mobil bak terbuka tidak menjadi pilihan karena cukup tinggi harganya untuk kondisi kami saat itu. Akhirnya diputuskan suami akan membawa sendiri motornya dari Bandung ke Tangerang Selatan. Lewat jalur darat non tol tentu saja.
Sementara aku dan Hana pergi dijemput mertua, suami pergi sendiri beroda dua. Ingin rasanya menemani tapi perjalanan jauh 7-8 jam, tidak akan diijinkan apalagi membawa Hana yang masih 4 tahun. Deg-degan dan berdoa sepanjang menanti kedatangan suami. Alhamdulillah sampai dengan selamat. Meski ada oleh-oleh cerita insiden kecelakaan ringan menyebabkan sayap motor bagian kiri pecah. Gak apa-apaa, untung motornya doang!
Denah Berguna
Keputusan menetap sementara di mertua juga kami jadikan masa menunggu barang kargo yang diangkut dengan kapal tiba. Perkiraannya dua bulan. Sudah ada dalam perencanaan kami, ketika sampai di Balikpapan akan langsung unboxing dan menata isi rumah. Kami tidak bisa berlama-lama jetlag karena banyak hal yang harus segera diurus.
Denah iseng yang dibuat suami jadi serius berguna. Barang apa diletakkan dimana. Juga apa saja yang harus dibeli. Semua dalam rencana dan rancangan anggaran. Meski dekat dengan keluargaku dan mereka siap membantu, suami tidak ingin terlalu merepotkan. Sedapat mungkin penataan dilakukan sendiri. Benar-benar sendiri. Aku tidak bisa membantu banyak karena sedang hamil trimester dua.
Membuat Denah Lagi
Kontrakan mungil terasa pas untuk keluarga kecil. Mulai terasa butuh ruang lega setelah si adik berusia 3 tahun. Bocah lelaki yang aktif dan energinya tak habis-habis. Sebenarnya anak-anak ini tidak mengeluh. Mereka bisa menyesuaikan aktivitas di rumah yang mungil. Ibunya yang pusing. Satu ruang berantakan sama dengan setengah rumah. Sulit membuat area khusus main seperti yang kami lakukan di Bandung. Jadi buat kesepakatan saja dengan anak-anak apa yang boleh dan tidak boleh.
Tidak sadar 4 tahun berlalu. InsyaaAllah tahun depan kami akan pindah (lagi) ke hunian yang lebih luas. Hana -yang sudah menjadi kakak- gembira sekali. Saking senangnya, dia mau ikut membantu saat melihat ibunya membuat denah interior ala-ala untuk calon rumah baru. Aku tidak ingin kerjaanku dikacaukannya, jadi kubuatkan page baru dengan gambar denah rumah masih kosong. Hana belum pernah menggunakan software ini, jadi tidak terlalu yakin aku jelaskan kegunaan tools dasar untuk membuat ini dan itu. Kalau kesulitan paling-paling dia menyerah, pikirku. Setelah kuajarkan, kutinggalkan dia berkreasi sendiri sementara aku mengerjakan urusan rumah beberes dan sejenisnya.
Beberapa waktu kemudia Hana memanggil. Kukira menyerah, ternyata bertanya ruangan apa disini dan disana. Menikmati sekali tampaknya anak ini. Membuat dan meletakkan perabotan yang dibuatnya dengan warna-warni. Ayahnya terkejut melihat hasilnya. Bagi kami ini sebuah karya penting yang patut diapresiasi.
"Hasil Foto dari Layar" |
Rencana Denah Lanjutan
Melihat kreasi isi rumah dari Hana memberikanku ide. Sayang jika gambar itu hanya berwujud gambar. Tahun 2025 akan menjadi tahun pertama Hana menjalani homeschooling. Akan menarik jika gambar rancangannya menjadi denah tiga dimensi. Ini bisa menjadi projek pertama Hana, membuat maket interior calon rumah baru. Rencananya bukan pakai lego lagi melainkan bahan kertas corrugated supaya bisa diwarnai. Mengecat tembok ceritanya. Sstt.. ini masih projek rahasia. Hana belum tahu.
Tulisan ini untuk menjawab Tantangan MGN bulan November 2024 tentang "Foto dan Ceritanya". Berangkat dari foto lego menjadi cerita nostalgia. Terima kasih sudah membaca. Jangan ragu untuk menjejak ya. :)
Referensi:
- https://id.wikipedia.org/wiki/Lego . Artikel diperbarui pada 3 Desember 2023.
Wah semoga lancar homeschooling Hana ya. Semoga Hana senang membuat maketnya
ReplyDeleteMohon bimbingannya teteh.. Hana seneng banget dia mau HS. Bismillah
DeleteMenariknya, Hana sudah bisa membayangkan ruang tiga dimensi. Semoga sukses HS-nya
ReplyDeleteAlhamdulillah teh, sejak kecil spasialnya bagus. Anak2 memang penuh kejutan ya..
Deletemksh teh Hani suportnya 🥰
Wah hebat sekali pengalaman pindahannya Sistha. Bisa jadi buku sendiri mungkin itu tentang tips dan trik pindahan dengan punya anak-anak kecil. Pasti ada ilmunya itu ngepak-ngepak barang biar efisien.
ReplyDeleteHaha.. kalau dipikir2 skrg kok kurang kerjaan ya.. tapi saat itu memang ada kondisi2 yg membuat kami memutuskan utk pindah2 😁😁
DeleteEmang mainan lego bisa dijadikan apa aja ya untuk bentuk 3 dimensi, tapi baru kali ini nih lihat dibikin untuk denah rumah. Kreatif idenya!
ReplyDeleteSetuju teh. Lego spt mainan wajib utk anak2. Bagus utk kreativitasnya. Asal jangan terinjak aja. Nyeri! 😂😅
DeleteIde menggunakan lego untuk membuat denah rumah adalah hal yang simpel namun brilian, Teh Sistha 😍👍.
ReplyDeleteDari sang ayah yang kreatif, ibu yang penuh perencanaan, hingga Hana yang turut berpartisipasi, menonjolkan harmoni keluarga meskipun harus menghadapi berbagai tantangan, pindahan rumah sambil hamil atau menghadapi perubahan besar seperti homeschooling.
Semoga lancar homeschool-nya ya, Nak Hana. 🥰🤲
terima kasih teh Uril atas dukungannya.
Deletemembuat jadi makin semangat. semoga lain kali bisa menulis tentang pengalaman HS