Buku yang Berpengaruh Padaku Setelah 10 Tahun Berlalu

    Bingung sih ya kalau diminta menentukan satu judul buku yang berpengaruh dalam hidup kita. Bukan, bukan karena terlalu banyak buku yang dibaca tapi lebih ke memilih buku mana yang memberi efek, terngiang-ngiang di kepala sampai ikut mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari. Kalau sudah nemu bukunya lalu mikir lagi bagaimana mau menceritakannya.

    Tadinya ingin untuk ikut serta dalam tantangan Mamah Gajah Ngeblog bulan Februari 2023 ini tentang “Buku yang Mempengaruhi Hidup”, namun karena tidak kunjung selesai sampai batas waktu (biasa, panggilan bocil-bocil menjadi prioritas) maka menjadilah postingan biasa.

    Buku ini berjudul "Hidup Hijau Hirau: Langkah Menuju Hidup Ramah Lingkungan" dengan cover karakter kartun komik strip Benny dan Mice-nya. Ditulis oleh Ahmad Arif, Indira Permanasari dan Rudy Badil. Cetakan kedua februari 2010 oleh PT. Gramedia. Buku ini terdiri dari 7 bab, yaitu : transportasi, listrik, air, bangunan hijau, produk, sampah dan penghijauan. Secara keseluruhan isi buku berpengaruh tapi disini aku tidak akan me-review semua isi buku ya melainkan hanya tiga bab diantaranya.


Bab Bangunan Hijau

    
    Dalam pembuatan bangunan ternyata menyumbang emisi CO2 karena proses pembangunannya, penyediaan bahan hingga kebutuhan listrik saat pelaksanaan pembangunan. Namun tidak juga lalu kita tidak punya rumah dong. Setidaknya kita bisa berusaha menekan jejak karbon yang dihasilkan saat menempati rumah kita.
Memilih rumah atau tanah di kawasan infrastuktur kota, bukan di daerah lahan yang baru dibuka biasanya di pinggiran kota. Dari segi harga tentu lebih murah namun ada harga mahal yang harus dibayar terkait lingkungan. Belum lagi kawasan baru biasanya masih jauh dari akses publik dan membutuhkan jarak tempuh cukup jauh.

    Syarat bangunan hijau lainnya adalah desain tapak yang sedapat mungkin tidak tertutup bangunan. Bisa artinya menyediakan lahan khusus di rumah untuk ditanami dan tidak menutup halaman dengan perkerasan solid seperti plester atau keramik. Sebagai alternatif bisa gunakan kerikil atau paving berpori sehingga ada akses air kembali ke tanah

    Prinsip bangunan hijau sebisa mungkin menggunakan energi ramah lingkungan. Perancangan bangunan memperhatikan sirkulasi cahaya matahari dan angin sehingga tidak perlu menyalakan lampu di siang hari dan tidak harus menggunakan AC atau kipas angin sepanjang hari. Karena rumah cukup cahaya dan sirkulasi udara berganti dengan baik.

    Selanjutnya memanfaatkan air hujan dengan menampungnya dan memanfaatkannya kembali untuk mencuci kendaraan misalnya, menyiram tanaman, atau mencuci kain lap. Pemanfaatan air hujan ini dapat menghemat biaya dan mengurangi eksploitasi air. Masih banyak sekali komponen yang dipertimbangkan untuk bangunan hijau termasuk sampai kontruksi agar tidak merusak lingkungan, pemilihan material bangunan yang lebih ramah, dan mengutamakan sumber daya lokal.


Bab Produk

  Industrialisasi dan perkembangan teknologi menghasilkan beragam produk yang memudahkan aktivitas. Berbagai produk secara melimpah dibuat untuk memenuhi aneka kebutuhan manusia. Hal ini turut mengubah pola konsumsi kita. Sebagian produksi massal mengincar harga produksi yang murah dan tidak memperhatikan dampak lingkungan demi keuntungan. Salah satu penyumbang besar pada pemanasan global. Hal ini kemudian mendapat reaksi dari lembaga peduli lingkungan dengan kampanye gaya hidup hijau agar memilih produk yang lebih ramah lingkungan. 

Gambar: Jitet Koestana/ Joker Syndicate

    Sebagai individu alangkah baiknya kalau kita bisa bersikap bijak. Memilih produk dengan bahan berkualitas dengan harga pantas daripada memilih yang murahan tapi cepat rusak. Berhemat tidak juga, menghasilkan sampah udah pasti. Mempertimbangkan membeli produk seken atau menyewa pada barang-barang yang dipakainya tidak lama. Biasanya pada perlengkapan bayi seperti booster seat dan stroler, atau pada peralatan yang dipakai sebentar seperti alat kemping.

    Memperpanjang umur pakai produk juga dapat menjadi pilihan, pada produk fashion misalnya. Tidak terburu-buru membuang pakaian yang sudah robek. Bila masih bisa diperbaiki manfaatkan jasa permak. Untuk pakaian lama yang sudah usang dan tidak layak disumbangkan, mari alih fungsikan menjadi kain lap. Sedikit kreatif (baca: mau repot hehe) dapat dipotong-potong sedemikian rupa sehingga bisa menjadi isian bantal.

    Ketika berbelanja terapkan mindset minim sampah, maka memilih barang dengan kemasan yang sedapat mungkin memenuhi kriteria 4R. Pilih produk kemasan besar dan bukan sachet, beli produk kemasan botol yang bisa didaur ulang. Beruntung bila tinggal di kota yang ada toko refill-nya, bisa belanja isi ulang tanpa sampah kemasan. 

Untuk belanja sayur-mayur jangan lupa bawa kantong belanja. Lebih niat lagi kalau beli lauk basah bawa wadah sendiri. Repot di awal tapi praktis kemudian, bisa tinggal simpan di kulkas kalau tidak mau langsung diolah.


    Aksi selanjutnya yang harusnya mamah-mamah suka, yaitu belanja dekat. Maksudnya gimana? Ketika belanja lebih memilih beli di toko yang ada di kota sendiri. Beli langsung dan bukan online. Mamah suka kan ya cuci mata datang ke toko. Dengan belanja langsung kita dapat mengurangi potensi menghasilkan sampah packaging dan juga rantai karbon yang panjang dari proses pengiriman barang dari kota nun jauh disana sampai ke rumah kita. Masa pandemi kemarin cukuplah ya kita banjiri rumah kita dengan bungkus-bungkus hasil cekout keranjang belanja. Sekarang kita bisa lebih selektif hanya belanja daring bila benar-benar diperlukan.

    Tampak menyulitkan hidup ya. Aku juga mikir gitu awalnya. Pelan-pelan dijalani ternyata tidak juga. Intinya pada pola pikir dan tidak harus sangat saklek. Bila tidak mampu semua, jangan tinggalkan semua. Membaca buku ini menjadi pengetahuan tersendiri. Meskipun beberapa isi buku mendapat kritik karena tidak sesuai terutama terkait data. Terlepas dari itu, bumi kian tahun terasa tidak senyaman dulu. Semoga bumi bisa menjadi lebih lestari.

    Terima kasih sudah membaca.

2 comments:

  1. Wah... sebetulnya saya setuju banget dengan konsep hidup hijau hirau begini, tapi masih sering kalah dengan berbagai kenyamanan, semacam belanja online, misalnya. Ada nih buku begini di rumah. Biasanya perlu dibaca ulang supaya teesemangati kembali. Terima kasih untuk mengingatkan kembali mengenai gaya hidup hijau hirau ini, Mbak Sistha.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul teh ini saya juga perlu 1 dekade untuk akhirnya bner2 mau mencoba konsisten.
      Itu juga ya masih dikit banget. Setidaknya berbuat sesuatu lah.
      Pelan2 teh dan iya perlu follow2 akun yg green2 untuk menyemangati kalo lagi males katanya hehe.
      Makasih teh sudah apresiasi

      Delete