Inspirasi dari Perempuan-Perempuan di Palestina

Kebohongan besar jika ada pihak-pihak yang playing victim karena 7 Oktober 2023. Dukungan pada kemerdekaan Palestina terjejak sederhana pada stiker yang menempel dibelakang motor yang kupakai sejak kuliah sekitar tahun 2010. Itu saja 14 tahun yang lalu.

Belasan tahun lalu era informasi belum semudah sekarang. Pers dan orang-orang di Palestina bisa membuat konten yang mengabarkan kondisi disana. Demikian dengan produk-produk terafiliasi. Jadi semakin terbuka informasinya. Aksi yang menyerukan buy cut dan beralih ke produk alternatif pun menjadi massif dan menjadi pilihan aksi nyata bagi masyarakat biasa.

Penjajahan sebenarnya tidak pernah benar-benar hilang dari muka bumi. Hanya saja rasa tidak percaya penindasan itu kini terpublikasi secara nyata. Membabi-buta, sadis, terang-terangan dan tidak tahu malu. Dunia menyaksikan, berempati, aksi dan sepakat menyebut ini genosida.

Menjelang 9 bulan sejak serangan progresif awal oktober 2023. Penyerangan masih terjadi hingga kini. Kabar terbaru kuikuti dari sosial media. Apa yang sedang dialami orang-orang disana, bagaimana mereka menjalani hari-hari sungguh tidak terbayangkan. Berpindah tempat mencoba mencari tempat yang aman setelah rumah mereka dihancurkan. Mengumpulkan sampah-sampah untuk dijadikan bahan bakar. Dibalik semua itu yang menarik perhatianku adalah keberadaan para ibu dan perempuan dewasa yang tidak hanya tegar namun mereka teguh dengan kewajiban keislamannya. Tetap mengenakan jilbab dan menjaga aurat.


Berjilbab di Negara tropis saja sering merasa gerah ya. Mereka sedang kondisi yang jauh dari kenyamanan. Bahkan air saja sulit, bagaimana bisa istiqomah. Apakah tidak panas, tidak gatal. Aneka pertanyaan kupikirkan soal kebersihan diri. Kemudian aku mendengar aksi “take a stand for Palestine” oleh sejumlah wanita yang mencukur rambut mereka diluar House of Parliament UK. Hal ini sebagai empati dengan kondisi perempuan-perempuan di Gaza yang memotong pendek rambut mereka untuk mengurangi kebutuhan air yang lebih prioritas untuk minum daripada untuk mencuci rambut.

Sumber gambar: dailymail.co.uk

Belajar keikhlasan dari seorang muslimah pejuang garis dua. Menantikan buah hati selama 10 tahun dan berhasil setelah menjalani tiga kali proses IVF (fertilisasi in vitro). Lahirlah kembar sepasang laki-laki dan perempuan pada 13 oktober 2023 lalu. Namun hanya sekejap kebahagiaan karena serangan zionis menghantam rumah mereka di Kota Rafah, Gaza Selatan dan menewaskan kedua anaknya. Suaminya yang berkerja sebagai buruh harian juga meninggal dunia.

Sumber gambar: health.detik.com

Ketangguhan dari ibu di Gaza yang baru melahirkan anak kembar empat. Kondisi perang membuat ia dan suaminya harus berjalan 5 kilometer, meninggalkan rumah mereka di Beit Hanoun ke kamp pengungsian Jabalia untuk mencari bantuan transportasi mencari tempat berlindung di Deir el-Balah. Mereka hanya pergi dengan membawa 3 bayinya, sedang 1 bayi laki-lakinya harus dirawat di rumah sakit karena lahir hanya dengan bobot 1 kilogram.

Sumber gambar: prohaba.tribunnews.com

Inspirasi bidang pendidikan dari Noor Nassar dengan inovasinya membuat peralatan mengajar mobile yang memungkinkannya “membawa” sekolah kemana-mana. Mendirikan “School Withour Borders” untuk membantu anak-anak dan menyelamatkan mereka dari kegelapan ketidaktahuan. Luar biasa mengetahui bahwa dalam kondisi terjajah pun, pendidikan menjadi hal yang patut diprioritaskan.

Sumber gambar : IG @noor_nassar

Tersentuh dengan rasa sayang antara dua saudari. Ketika ditanya apa keinginan mereka. Sang kakak ingin adiknya dioperasi agar sembuh dari kepalanya yang terluka. Sang adik berharap agar ibunya melahirkan adik mereka dengan selamat. Tidak ada permintaan untuk diri sendiri melainkan doa untuk anggota keluarga lain.

Sumber: IG @spotlighthumanity

Kepedulian seorang ibu di Gaza yang mengumpulkan roti-roti di jalan lalu membawanya pulang untuk dibuat makanan dan diberikan kepada anak yatim piatu dari keluarga lain yang diasuhnya. Keadaan sempit, sulit dan nyaris tanpa harapan untuk bisa hidup sama sekali tidak membuat ibu ini egois. Malah bersedia menanggung beban orang lain.

Sumber gambar: IG @jimajen4

Dr. Haifaa Younis menceritakan salah satu pengalamannya menjadi relawan di Gaza. Beliau pernah berjumpa dengan seorang ibu dari Utara Gaza yang terpisah dengan suami dan anak laki-lakinya. Beliau bertanya bagaimana ibu ini dan anak laki-laki bungsunya sanggup berjalan 10 km ditengah malam, dibawah intaian tentara israel. Dan ibu ini mengajarkan bahwa segala penderitaan dunia ini hanyalah sementara, akhiratlah yang menjadi tujuan mereka. Dan keyakinan akan janji Allah menguatkan. Pesan lainnya adalah selalu bersyukur atas apa yang kita punya.

Sumber gambar: IG @meliirham

Tulisan ini dibuat kilat dengan sedikit emosional untuk menjawab tantangan MGN mamah gajah ngeblog bulan Juni 2024. Terima kasih sudah berkenan membaca.



Referensi:

- https://www.dailymail.co.uk/news/article-13216543/Women-stand-Palestine-Parliament-shaving-hair-Gaza-water-shortage.html
- https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-7224086/ibu-di-gaza-10-tahun-menanti-buah-hati-setelah-lahir-anaknya-dibunuh-israel
- https://prohaba.tribunnews.com/2023/12/28/kisah-seorang-ibu-hamil-anak-kembar-di-gaza-yang-harus-berjalan-kaki-bermil-mil-demi-mencari-bantuan

3 comments:

  1. Aku suka banget dan salut dengan school without borders. Moga-moga masih berjalan ya. Anak-anak butuh pendidikan. Semoga 🍉 dibebaskan ya

    ReplyDelete
  2. Paling sedih melihat berita perihal perang dan kejahatan kemanusiaan. Selalu ada korban. 😢
    Kagum dengan ketangguhan para perempuan-perempuan di Palestina. Pasti berat sekali tantangannya..:( :(

    ReplyDelete
  3. MasyaaAllah belajar tak habis-habis dari ketangguhan mereka.
    Free Palestine 🍉

    ReplyDelete