Drama yang Mewakili Opini Tak Populerku

Orang yang pendiam itu, belum tentu benar-benar diam. Mereka hanya tidak mengeluarkan kata-kata. Bisa jadi sebenarnya mereka sedang mengamati dan berkomentar hanya dalam hati. 

Ini bukan ngomongin orang, tapi lagi membahas diri sendiri. Anak yang di rumah irit bicara, sebenarnya punya banyak yang ingin dikatakan hanya biasanya termasuk "Pendapat Tak Populer/ Unpopular Opinion". Itulah tema yang diusung mamah host, teh Alfi dan teh Ilma, dalam Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan Mei 2025.

Kesempatan langka yang harus kumanfaatkan untuk membagi isi pikiranku yang muncul setelah menonton drama.



Ambisi Menguasai Perusahaan

Sinetron atau telenovela dengan latar cerita keluarga kaya raya pemilik perusahaan besar. Ada tokoh-tokoh antagonis yang berambisi menguasai perusahaan. Lalu bersekongkol untuk mendepak sang direktur yang adalah anggota keluarga sendiri. Tokoh ini biasanya baik, pintar, dan memang kompeten sebagai pemimpin perusahaan. Sedangkan orang-orang jahat dan tamak itu biasanya tidak begitu pintar -hanya licik- , tidak kompeten, malas dan suka berfoya-foya. 

Pikirku, bodoh ya orang-orang yang tamak itu. Memangnya gampang mengelola perusahaan. Mungkin kelihatan keren ya jadi direktur. Memangnya mereka bisa. Orang malas-malas begitu, gak mau susah. Bayangkan kalau mereka memimpin perusahaan, sudah pasti akan merugi dan collapse. Lalu mereka jatuh miskin dan tidak bisa foya-foya lagi. Sudah enak posisi mereka, tanpa perlu susah payah bisa menikmati kekayaan yang dihasilkan dari kerja keras orang baik di keluarga.

Ada drama Korea "Marry My Husband". Dari judulnya kita akan menebak ini akan seputar perselingkuhan atau poligami. Ada sih tapi itu bukan highlight, kurasa. Yang membuat aku tertarik menonton karena tokoh di ceritanya. Seorang wanita baik hati, pintar, pekerja keras, dan lugu jatuh hati pada seorang pria. Pandai sekali pria ini, dengan segala bualan dan tindakannya membuat si wanita merasa hanya pria inilah yang pantas untuknya. Mereka bekerja di kantor yang sama, karir sang wanita lebih bagus. 10 tahun berpacaran, akhirnya mereka menikah. Wanita ini jelas berbunga-bunga, merasa orang paling bahagia sedunia. 

Kenyataan pahit yang harus dia hadapi. Ternyata orang yang kini telah menjadi suaminya, tidak pernah benar-benar peduli dan mencintainya. Dia menangkap basah sang suami berselingkuh dengan sahabatnya, yang ternyata sudah mereka lakukan sejak lama. Sejak masih menjadi pacar, pria ini sengaja menunggu untuk memastikan wanita ini bucin. Orang kalau cinta buta, suka jadi rela memberikan segalanya kan. Setelah menjadikannya istri, pria ini berencana menjadikannya sapi perah. Menikmati hasil kerja keras sang wanita dan termasuk tabungannya. 

Jahatnya lagi, pria ini tidak modus sendiri. Ibunya yang lebih dulu mencuci otak anaknya agar mencari istri yang bisa dimanfaatkan. Bisa disetir untuk menjadi pelayan keluarga. Bahkan pernikahan mereka diurus ibunya, dengan undangan biasa, acara sesederhana mungkin, gaun pengantin model lama -karena murah-, dan tanpa bulan madu. Supaya hemat.

Wah, ini sih lebih brutal daripada pikiranku.


Namanya Juga Anak-anak

Aku tidak punya pikiran begitu, tapi itu kata-kata pamungkas orang-orang tua yang mentoleransi segala perilaku anak kecil. Menghindari repot dengan membiarkan anak-anak berbuat sesukanya.

Sejak remaja, aku sadar tidak begitu suka anak-anak. Kalau orang lain melihat bayi atau anak kecil merasa gemas, aku hanya diam tidak tertarik. Sepertinya aku insecure, karena punya memori tidak enak dengan anak-anak. Tidak suka bukan berarti benci ya. Biasa saja. 

Aku tidak melihat anak kecil sebagai makhluk yang lucu. Semua tergantung perilakunya, bukan tampilan luarnya. Anak pintar, dari usia 2 tahun saja sudah bisa bertindak manipulatif loh. Anak-anak yang tantrum itu, beraksi untuk mengetes orang tuanya. Kalau kemauanku tidak dituruti, aku akan menangis meraung-raung dan membuat orang tuaku "kalah". Jika hal ini berlangsung terus-menerus, jadilah anak yang mau selalu menang dan tidak sabaran. Jika tidak dibina akan dibawa menjadi watak sampai dewasa.

Aku mendapat rekomendasi dorama "Queen's Classroom" atau "Jyoou no Kyoushitsu". Tentang seorang guru tidak biasa yang menjadi unpopular teacher di sebuah sekolah. Penampilan dan gaya mengajarnya menuai kontroversi. Tegas, disiplin, serius, dan tanpa senyum. Semua dilakukan dengan tujuan, agar anak-anak tidak menyepelekan gurunya. Kita tentu pernah tahu bagaimana kondisi kelas ketika guru terlalu baik dan tidak tegas. Anak-anak berisik dibiarkan, materi dan tugas diberikan dengan komitmen yang rendah.

Sang guru tampak seram dan menakutkan, masih ada murid-murid yang bandel. Seperti mengetes guru ini. Mereka tidak tahu, guru ini telah memegang kartu As mereka. Sebelum mengajar, sang guru mempelajari profil setiap muridnya, sampai hafal dengan karakter orang tuanya. Jelas berhubungan kan, antara karakter anak dengan orang tuanya. 

Beberapa masalah muncul dengan beberapa anak yang memang problematik. Saat ada konflik, anak memanipulasi keadaan dan melapor ke orang tuanya. Terjadilah keriuhan dan protes yang melibatkan semua orang tua anak di kelas tersebut. Guru ini tenang saja. Dia mengajak setiap orang tua berbicara secara personal. 

Hasilnya tidak sesuai harapan anak-anak. Bukannya mendapat pembelaan, justru orang tua mereka berbalik mendukung sang guru. Guru ini tahu betul karakter setiap orang tua dan apa yang menjadi keinginan mereka terhadap anak-anak.

Dalam kelas, guru ini tidak hanya mengajarkan pelajaran. Namun juga memberikan data dan fakta tentang kehidupan dan masa depan. Bukan untuk menakuti mereka, justru maksudnya agar anak-anak ini belajar dengan sungguh-sungguh. Kemampuan otak setiap orang berbeda, tapi setidaknya jadilah manusia yang berguna. Manusia yang berusaha, yang tidak egois, juga tidak menyusahkan ketika menjadi bagian dari masyarakat.

Alasan sang guru bersikap seperti itu karena ada pengalaman dengan murid-murid sebelumnya. Dia menjadi guru idealis yang baik hati kepada semua siswa. Akibatnya, dia menjadi guru yang tidak tegas dan dijebak oleh murid-murid yang licik atau punya power keluarga. Kejahatan seperti kriminal, memfitnah sang guru melakukan pelecehan. Hukum tidak bertindak adil karena anggapan "namanya juga anak-anak", tidak mungkin mereka berbohong. Pasti gurunya yang salah.

Rasa-rasanya selama menonton drama ini aku banyak setuju dengan konsep mendidik sang guru. Guru yang perhatian.


Perjalanan Cinta yang Melelahkan

Drama romantis yang laris biasanya berlatar lelaki kaya raya, perempuan miskinnya tak terkira. Heran kenapa harus sejomplang itu. Yaa biar dramatislah.

K-drama populer "Boys Before Flowers" menyajikan tuan muda pemimpin perusahaan multinasional yang tampan, crazy rich, sombong, semena-mena dan suka merundung. Takluk oleh perempuan pemberani, pembela kebenaran dan menjunjung keadilan. Perempuan ini hanya anak tukang laundry rumahan. Awalnya si tuan muda benci sekali dengan perempuan ini sehingga sering menggangu. Namun lama kelamaan perasaan aneh muncul. Seperti ada yang kurang jika si perempuan tidak merespon "tantangan"-nya. Agak sakit sih tuan muda ini. Senang mencelakakan orang lain.

Awalnya si perempuan eneg sama tuan muda ini. Jahat, egois dan menyebalkan. Tapi ya lama-lama luluh juga karena tuan muda menunjukkan kesungguhan perasaannya. Kisah cinta mereka penuh onak dan duri. Sangat berliku-liku. Tidak mendapat restu ibu si kaya, sampai mengancam kehidupan pribadi keluarga si perempuan. 

Sebenarnya kasian, lihat si perempuan yang hidupnya jadi menderita sekali sejak berhubungan dengan si tuan muda. Padahal awalnya perempuan ini suka dengan teman si tuan muda. Dan sama-sama suka. Pendapatku, harusnya perempuan ini fokus sama cinta sebelumnya. Tidak perlu dia menderita yang membawa kesengsaraan ke keluarganya. Toh teman tuan muda ini juga tampan, populer, dan kaya. Ah, kata Agnez Monica kan "cinta ini kadang-kadang tak ada logika".

Menurutku, yang beruntung adalah perempuan second lead. Dia didekati oleh teman tuan muda yang lain, biasa playboy hanya untuk main-main. Ternyata perempuan ini tidak gampangan, membuat lelaki ini kepincut beneran. Perempuan dari keluarga biasa berjodoh dengan lelaki tampan, populer, dan kaya. Drama perjalanan cintanya ada, tapi tidak jahat dan menyakitkan seperti yang dialami tokoh utama perempuan.


Opini mamah host, unpopular opinion itu mengandung perdebatan. Apakah opiniku diatas cukup debatable? Atau jangan-jangan malah relate?



Comments

  1. Mama aku kayaknya capek kalau nonton drakor sama aku. Aku kebanyakan protes πŸ˜‚

    Habisnya suka gak logis atau terlalu maksa gitu. Mana si tokohnya suka bikin malu, sampai aku yang nonton aja ikutan malu.

    Btw si cowok di marry my husband sabar bener yak, 10 tahun mengelabui pacarnya sampai nikahin. Usahanya gak main-main padahal gak cinta. Si ceweknya juga kelewat gak peka. Masa pacaran 10 tahun gak tahu kalau cuma bakal dimanfaatin doang? πŸ˜‚πŸ˜‚

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha kayaknya bakal rame kita ini sahut2an kalau nonton bareng.
      Gak usah drama, nonton iklan aja aku bawel.

      Itu cowo My Husband 10 tahun udah cheating sama sahabat ceweknya. Jadi kalau mereka nge-date pasti bertiga. Nah si cewe lugu itu bagian disuruh2 aja sebenernya. Jadi yang pacaran ya pacarnya sama sahabatnya. Segitu cinta butanya.
      Nah, di drama ini si cewek balas dendam memperbaiki hidupnya. Tapi yaaa gak masuk akal, soalnya dia meninggal dulu dibunuh suaminya. Dia hidup kembali, time travel ke masa lalu. Jadi ceritanya tentang usaha dia mengubah masa depannya, dengan membuat sahabat pick me-nya ganti posisi aku untuk "marry my husband"

      Delete
    2. Ehehe mau ikutan nimbrung yang "Marry My Husband" ahh. Untung jalan ceritanya sudah flashback ya, bukan yang alur maju, detil dari awal dinakalin suami dan sahabatnya yg super toxic itu. Soalnya kalo alur maju, ku bakal gregetan pengen meremas remas sesuatu atau nyobekin sesuatu (tapi ga sampe lempar botol ke layar TV siy), dan berujung gak nonton sampai selesai. Ogah ehehe. Nyesek banget soalnya.

      Ide nulisnya unik, Teh Sistha. Drama yg mewakili pendapat tak populer Teteh.πŸ˜πŸ‘

      Delete
    3. Iyaa haha gemess bener liat couple mokondo sama pick me. Apalagi pas mereka mau menikah, sesama penipu bersatu. Haha

      Delete
  2. Aku belum pernah nonton Boys Before Flowers. Tapi baru ngeh kalau itu ceritanya kok mirip banget sama Meteor Garden ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul teh. BBF ini adalah Meteor Garden versi Korea.
      Gak usah ditonton teh gak apa2. Jumlah episodenya lebih panjang daripada drakor biasa.

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Denah Tiga Dimensi

Nama-nama Pasaran

Bukan Sekedar Obrolan